Radio Komunitas, Perekam Problem Perempuan Bangladesh
Luviana – www.konde.co
Konde.co, Jakarta – Pada sebuah pertemuan dengan para pengelola radio-radio komunitas yang digagas oleh Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN) di pertengahan Juli 2015 lalu, saya berkesempatan bertemu aktivis Non Goverment Organisation (NGO) dari Bangladesh yang membantu mengelola radio komunitas perempuan di Bangladesh.
Saya akan menuliskan pengalaman para perempuan di radio komunitas tersebut sekaligus menuliskan bagaimana aktivis-aktivis perempuan di Bangladesh membidani 18 radio komunitas perempuan di Bangladesh:
Bangladesh merupakan negara berkembang dimana ada banyak persoalan yang menimpa perempuan disana. Persoalan kekerasan dan masih sulitnya akses perempuan disana untuk menyuarakan problem mereka. Maka, pendirian radio komunitas di wilayah-wilayah desa disana sangat cocok untuk memberikan ruang bagi perempuan untuk beraktivitas dan menyuarakan problem mereka.
Radio-radio komunitas perempuan ini awalnya mendapatkan bantuan dari Bangladesh NGOs Network for Radio and Communication(BNNRC) .Tamanna Rahman dari BNNRC menuturkan bahwa selain memberikan bantuan, mereka juga memberikan fellowship bagi perempuan disana. Fellowshipini adalah kesempatan bagi perempuan perempuan disana untuk belajar bagaimana mengelola radio dengan diberikan bantuan berupa dana. Para perempuan penerima fellowship kemudian belajar membuat program radio, menulis, membuat berita sampai melakukan wawancara-wawancara dan bekerja di radio komunitas tersebut.
Pada dasarnya radio komunitas perempuan ini berisi tentang kondisi dan kegiatan perempuan di wilayah tersebut.Mereka juga membuat program untuk perempuan berdasarkan persoalan perempuan setempat..
“Perempuan di Bangladesh harus bekerja tanpa rasa takut, karena banyak dijumpai kasus perempuan yang masih sulit untuk mengakses radio, tidak boleh bepergian, tidak boleh mengakses informasi. Jadi keberadaan radio dan programnya harus bisa membuka partisipasi perempuan ,” ujar Tamanna Rahman.
Selanjutnya radio ini harus menyajikan program untuk kelompok minoritas perempuan yang selama ini tidak mendapatkan tempat di media komersil.
“Jadi media harus merepresentasikan problem perempuan minoritas di Bangladesh seperti perempuan korban kekerasan atau perempuan indigenous people,” Kata Tamanna Rahman.
Radio komunitas ini selanjutnya harus memberikan kuota bagi perempuan untuk duduk dalam pengambil kebijakan di radio. Diberikan kesempatan dan kepercayaan untuk duduk di bagian teknik, manajemen. Juga harus dipastikan bahwa perempuan yang bekerja di radio tersebut mempunyai kesempatan untuk mengurus anaknya, karena di Bangladesh beban pengasuhan anak terletak pada perempuan.
Di radio komunitas ini, para perempuan juga harus diberikan kesempatan dalam menggunakan teknologi, mendapatkan pengalaman dan kesempatan yang sama di dalam mengikuti training teknologi atau training yang lain.
“ Hal ini dilakukan sekaligus untuk melakukan kampanye bahwa perempuan dan laki-laki mempunyai akses dan kesempatan yang sama, misalnya dari segi finansial ketika mereka bekerja. Penting untuk perempuan disana menyuarakan ini,” kata Tamanna Rahman.
Beberapa program di radio komunitas ini tentu saja menyuarakan problem perempuan disana. Radio komunitas perempuan Padma misalnya, mereka mempunyai program program acara: hidup dan Kehidupan perempuan, pendidikan, kesehatan, program keadilan, anak, anak muda dan isu perempuan, informasi dan pengembangan komunitas, keadilan untuk mendapatkan informasi, berita lokal dan informasi lokal, merespon isu-isu soal kebebasan dan keadilan di Bangladesh. Mengapa mereka membuat program seperti ini? Karena pendengar mereka disana rata-rata adalah para buruh, perempuan, pelajar, aktivis masyarakat, guru dan laki-laki pekerja, wartawan.
Radio komunitas yang lain adalah Radio Nalta. Radio ini mempunyai program: penyuluhan pertanian, perubahan iklim, promosi kultur lokal, motivasi untuk pembangunan, informasi soal religi, kebijakan pemerintah lokal, perdagangan anak dan perempuan karena rata-rata pendengar mereka adalah petani dan buruh.
Radio Komunitas Lakobetar misalnya mempunyai program: informasi pasar, isu-isu kesadaran masyarakat, keadilan gender, pendidikan teknologi, kesempatan berkarir, karena pendengarnya rata-rata adalah nelayan, petani, buruh dan perempuan.
Sedangkan Radio Sagar Girl, mereka mempunyai program untuk isu dissable, entertainment lokal dan lingkungan. Pendengar mereka umumnya adalah perempuan, petani, guru dan penyandang dissabel.
Radio lainnya adalah Radio Komunitas perempuan Chilmari yang mempunyai program: acara resiko bencana, isu pertanian, cerita sukses, isu perempuan dan anak, perubahan iklim. Pendengarnya rata-rata adalah petani, pelajar, warga miskin disana, perempuan, anak muda dan staff pemerintahan.
Sedangkan Radio Naf, mereka membuat program soal sharing pengetahuan, anti narkoba dan perdagangan perempuan dan anak, resiko bencana, informasi kesehatan lingkungan, penguatan untuk perempuan. Program ini ditujukan untuk pendengar mereka yang rata-rata bekerja sebagai nelayan, buruh tani, perempuan, kelompok etnik dan pelajar.
Hingga saat ini ada 18 radio komunitas perempuan yang tetap eksis mengudara. Para perempuan disana juga memanfaatkan radio ini untiuk belajar seluk-beluk radio, penggunaan media dan menggagas program radio yang bisa menyuarakan problem mereka. Alat sharing yang sederhana, dimana perempuan bisa berkumpul, bercerita sambil bekerja tentu saja.
Post a Comment