Nawaduka Buruh Perempuan
Luviana - www.konde.co
Konde.co, Jakarta – Nawaduka itu bernama buruh perempuan. Berbaju merah, memukul kentongan, bergerak ke istana. Di siang yang terik, Selasa 8 Maret 2016.
Sembilan Nawaduka mereka bawa, disampaikannya ke Jokowi, presiden Indonesia.
“ Kami tak gentar melawan, cabut seluruh perundang-undangan yang mendiskriminasi kami, para perempuan Indonesia,” Dian Septi, salah satu peserta aksi dari Federasi Buruh Lintas Pabrik (FBLP), berteriak di ujung mikrophone, di atas mobil komando.Yang lain, membawa kentongan beramai-ramai menyemangati dari bawah, terus bergerak ke istana.
Aksi Parade Juang Perempuan Indonesia ini memang terdengar hingar bingar diantara aksi buruh lain yang juga turun ke jalan bergerak ke istana. 9 Nawaduka Perempuan Indonesia yang mereka bawa antaralain berisi: Duka buruh perempuan yaitu banyaknya pelanggaran atas maternitas perempuan di tempat kerja, peraturan kerja yang sangat diskriminatif dan soal ketidakpastian status kerja. Yang lainnya adalah kondisi buruh perempuan yang rentan kekerasan seksual, PHK massal, upah murah, penggusuran dan perampasan tanah rakyat.Mengambil tema aksi Nawaduka karena para buruh tersebut mengkritik Nawacita Jokowi, slogan Jokowi yang dianggap baru sebatas kampanye. Jauh dari apa yang dilakukan bagi buruh perempuan.
Salah satu peserta aksi dari Parade Juang Perempuan, Jumisih bertemu perwakilan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan di kantornya. Mereka memang sengaja membuat agenda untuk bertemu Kementerian Meneg PP dan Perlindungan Anak untuk menyampaikan aksi mereka, Selasa (8/3/2016) hari ini.
“ Kita sudah bertemu Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, sejumlah tuntutan kita seperti tuntutan cuti haid 3 bulan menjadi 6 bulan, menyediakan pojok ASI di kantor, memberikan perlindungan kepada buruh perempuan diperhatikan. Namun sejumlah tuntutan lain seperti mengakui keberadaan Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender atau LGBT tidak diterima. Kita akan menagih beberapa janji yang tadi sudah kita sampaikan.”
Aksi lain juga dilakukan oleh kelompok buruh perempuan yang tergabung dalam KASBI. Berbaju merah, mereka berbaris rapi ke istana. Para buruh perempuan yang tergabung dalam KASBI menyerukan agar pemerintah memberikan upah layak bagi para buruh perempuan.
Aksi hari perempuan internasional pada tanggal 8 Maret 2016 hari ini di Jakarta memang dipadati oleh aksi-aksi dari elemen buruh. Aksi lain dilakukan oleh Front Perjuangan Rakyat dan sejumlah kelompok buruh perempuan dari Tangerang. Aksi lain dilakukan oleh Koalisi Pejuang Perempuan Rakyat (KPPR). Nismah, salah satu anggota KPPR menyatakan bahwa aksi ini merupakan wujud keprihatinan mereka terhadap nasib buruh pabrik yang belum didengarkan suaranya, masih mendapat upah murah.
Sejumlah organisasi buruh yang tergabung dalam Komite Aksi Perempuan (KAP) bergabung dalam aksi Gerakan Perempuan Melawan Ketimpangan. Tyas Wiandani dari KAP menyatakan bahwa hari perempuan ini mereka mengusung sejumlah persoalan buruh perempuan, buruh migran yang banyak dihukum mati, buruh perempuan pabrik yang masih belum sejahtera serta belum mendapatkan hak maternitasnya di pabrik, juga para Pekerja Rumah Tangga (PRT) yang hingga kini masih berjuang untuk mendapatkan pengakuan sebagai buruh dan belum dihargai kerja-kerja mereka.
“ Hari perempuan merupakan momentum untuk berjuang bersama, buruh perempuan harus mendapatkan hak yang sama seperti buruh lainnya,” ungkap Tias Wiandani.
Post a Comment