Berta Caceres, Darah Perjuangan Lenca Mengalir Deras di Tubuhmu
Luviana – www.konde.co
Konde.co, Honduras – Tanggal 3 Maret 2016 lalu merupakan masa paling kelam yang dirasakan suku Lenca di Honduras, Berta Caceres dibunuh di rumahnya oleh orang bersenjata tak dikenal, setelah bertahun-tahun mendapat ancaman pembunuhan. Rumahnya didatangi oleh 2 orang, pintunya didobrak. Ia kemudian ditembak hingga mati.
Berta Isabel Caceres Flores atau Berta Caceres lahir di Honduras pada 4 Maret 1973. Ia adalah aktivis lingkungan di Honduras dan pemimpin suku Lenca. Caceres juga dikenal sebagai koordinator Dewan Organisasi rakyat dan Pribumi Honduras (COPINH). Dalam perjuangannya, ia melawan perusahaan-perusahaan tambang dan mempertahankan tanah-tanah masyarakat disana.
Tangis lara mengiringi pemakanan Berta Caceres. Ia telah dibunuh, tapi ia takkan pernah mati. Semangatnya selalu menyala-nyala dalam hati kami. Teriakan itu terus menggema sampai Berta Cecares lelap dalam tidur panjangnya.Ribuan aktivis dan warga Honduras mengantarkannya pergi.
Berta Caceres dan Keberpihakan pada Masyarakat Adat
Cáceres adalah seorang perempuan suku Lenca, tumbuh selama kekerasan yang melanda Amerika Tengah pada tahun 1980-an. Ibunya, seorang bidan dan aktivis sosial, mengambil dan merawat pengungsi dari El Salvador, mengajar anak-anak muda disana untuk membantu perjuangan masyarakat yang kehilangan haknya. Tak heran jika sejak mahasiswa Caceres sudah menjadi aktivis Honduras.
Di masa mudanya, ia memprotes pembangunan bendungan yang dilakukan pemerintah yang menghalangi akses masyarakat adat disana. Ia danmasyarakat di Rio Blanco kemudian menghadapi banyak ancaman karena mereka melakukan aksi damai untuk melindungi sungai Gualcarque terhadap pembangunan bendungan hidroelektrik yang dibangun oleh perusahaan internasional.
Honduras berada dalam pertumbuhan eksplosif dalam megaproyek yang merusak lingkungan dan menggusur masyarakat adat. Hampir 30 persen lahan negara itu dialokasikan untuk konsesi pertambangan. Untuk memenuhi kebutuhan ini, pemerintah menyetujui ratusan proyek bendungan di seluruh negeri, privatisasi sungai dan tanah.
Penghargaan Goldman Enviromental Prize
Karena kegigihannya dalam membela perempuan dan lingkungan disana, ia kemudian dianugerahi “Goldman Enviromental Prize” di tahun 2015, sebuah penghargaan lingkungan yang berpengaruh di dunia. Pada saat menerima penghargaan, Cáceres bersumpah untuk terus berdiri memperjuangkan hak untuk Ibu Pertiwi dan masyarakat adat.
“Kami akan mengorbankan darah kami untuk masyarakat adat dan lingkungan kami. Dalam pandangan dunia, kita adalah makhluk yang berasal dari bumi, dari air dan dari jagung. Orang-orang Lenca adalah wali leluhur dari sungai, pada gilirannya dilindungi oleh roh-roh dari gadis-gadis muda, yang mengajar kita bahwa memberikan hidup kita dalam berbagai cara untuk melindungi sungai adalah memberikan hidup kita untuk kesejahteraan umat manusia dan planet bumi ini. COPINH, organisasi kami akan berjalan bersama orang yang berjuang untuk emansipasi, meneguhkan komitmen untuk terus melindungi perairan kita, sungai, sumber daya alam, serta hak-hak kami sebagai manusia.”
Dalam pidatonya Ia juga mengajak semua orang untuk melawan ketidakdilan. Ia kemudian mendedikasikan penghargaan ini untuk ibunya dan orang-orang Lenca yang terus menerus berjuang disana.
Atas kematiannya ini, Goldman Environmental Foundation merilis pernyataan bahwa mereka meratapi hilangnya pemimpin inspirasional dan akan menghormati karya hidupnya dan perjuangannya.
“Ia membangun komunitas yang luar biasa dari aktivis akar rumput di Honduras, sampai dengan akhir kematiannya.”
Sejumlah aktivis menyatakan bahwa kematian Cáceres ini sebuah kehilangan besar bagi rakyat Honduras. Hal ini juga memperlihatnkan ketidakmampuan pemerintah Honduras untuk melindungi warganya. Bagi aktivis disana, darah perjuangan Caceres selalu hidup dan tak pernah mati.
Tahun lalu, sebuah laporan yang dikeluarkan kelompok Global Witness menyatakan bahwa Honduras adalah salah satu negara paling mematikan bagi aktivis-aktivis lingkungan. Menurut laporan itu, setidaknya 2 orang yang bekerja untuk menyelamatkan lingkungan tewas setiap minggu pada tahun 2014. Secara total, kelompok Global Witness mendokumentasikan pembunuhan setidaknya terjadi pada 116 aktivis lingkungan tahun lalu. Tiga-perempat dari mereka tewas di Amerika Tengah dan Selatan.
Honduras memang memiliki tingkat pembunuhan yang tertinggi di dunia. Organisasi hak asasi manusia Honduras melaporkan ada lebih dari 10.000 pelanggaran HAM oleh aparat keamanan negara dan impunitas yang dibiarkan begitu saja oleh negara.
( Sumber: www.democracynow.org)
Konde.co, Honduras – Tanggal 3 Maret 2016 lalu merupakan masa paling kelam yang dirasakan suku Lenca di Honduras, Berta Caceres dibunuh di rumahnya oleh orang bersenjata tak dikenal, setelah bertahun-tahun mendapat ancaman pembunuhan. Rumahnya didatangi oleh 2 orang, pintunya didobrak. Ia kemudian ditembak hingga mati.
Berta Isabel Caceres Flores atau Berta Caceres lahir di Honduras pada 4 Maret 1973. Ia adalah aktivis lingkungan di Honduras dan pemimpin suku Lenca. Caceres juga dikenal sebagai koordinator Dewan Organisasi rakyat dan Pribumi Honduras (COPINH). Dalam perjuangannya, ia melawan perusahaan-perusahaan tambang dan mempertahankan tanah-tanah masyarakat disana.
Tangis lara mengiringi pemakanan Berta Caceres. Ia telah dibunuh, tapi ia takkan pernah mati. Semangatnya selalu menyala-nyala dalam hati kami. Teriakan itu terus menggema sampai Berta Cecares lelap dalam tidur panjangnya.Ribuan aktivis dan warga Honduras mengantarkannya pergi.
Berta Caceres dan Keberpihakan pada Masyarakat Adat
Cáceres adalah seorang perempuan suku Lenca, tumbuh selama kekerasan yang melanda Amerika Tengah pada tahun 1980-an. Ibunya, seorang bidan dan aktivis sosial, mengambil dan merawat pengungsi dari El Salvador, mengajar anak-anak muda disana untuk membantu perjuangan masyarakat yang kehilangan haknya. Tak heran jika sejak mahasiswa Caceres sudah menjadi aktivis Honduras.
Di masa mudanya, ia memprotes pembangunan bendungan yang dilakukan pemerintah yang menghalangi akses masyarakat adat disana. Ia danmasyarakat di Rio Blanco kemudian menghadapi banyak ancaman karena mereka melakukan aksi damai untuk melindungi sungai Gualcarque terhadap pembangunan bendungan hidroelektrik yang dibangun oleh perusahaan internasional.
Honduras berada dalam pertumbuhan eksplosif dalam megaproyek yang merusak lingkungan dan menggusur masyarakat adat. Hampir 30 persen lahan negara itu dialokasikan untuk konsesi pertambangan. Untuk memenuhi kebutuhan ini, pemerintah menyetujui ratusan proyek bendungan di seluruh negeri, privatisasi sungai dan tanah.
Penghargaan Goldman Enviromental Prize
Karena kegigihannya dalam membela perempuan dan lingkungan disana, ia kemudian dianugerahi “Goldman Enviromental Prize” di tahun 2015, sebuah penghargaan lingkungan yang berpengaruh di dunia. Pada saat menerima penghargaan, Cáceres bersumpah untuk terus berdiri memperjuangkan hak untuk Ibu Pertiwi dan masyarakat adat.
“Kami akan mengorbankan darah kami untuk masyarakat adat dan lingkungan kami. Dalam pandangan dunia, kita adalah makhluk yang berasal dari bumi, dari air dan dari jagung. Orang-orang Lenca adalah wali leluhur dari sungai, pada gilirannya dilindungi oleh roh-roh dari gadis-gadis muda, yang mengajar kita bahwa memberikan hidup kita dalam berbagai cara untuk melindungi sungai adalah memberikan hidup kita untuk kesejahteraan umat manusia dan planet bumi ini. COPINH, organisasi kami akan berjalan bersama orang yang berjuang untuk emansipasi, meneguhkan komitmen untuk terus melindungi perairan kita, sungai, sumber daya alam, serta hak-hak kami sebagai manusia.”
Dalam pidatonya Ia juga mengajak semua orang untuk melawan ketidakdilan. Ia kemudian mendedikasikan penghargaan ini untuk ibunya dan orang-orang Lenca yang terus menerus berjuang disana.
Atas kematiannya ini, Goldman Environmental Foundation merilis pernyataan bahwa mereka meratapi hilangnya pemimpin inspirasional dan akan menghormati karya hidupnya dan perjuangannya.
“Ia membangun komunitas yang luar biasa dari aktivis akar rumput di Honduras, sampai dengan akhir kematiannya.”
Sejumlah aktivis menyatakan bahwa kematian Cáceres ini sebuah kehilangan besar bagi rakyat Honduras. Hal ini juga memperlihatnkan ketidakmampuan pemerintah Honduras untuk melindungi warganya. Bagi aktivis disana, darah perjuangan Caceres selalu hidup dan tak pernah mati.
Tahun lalu, sebuah laporan yang dikeluarkan kelompok Global Witness menyatakan bahwa Honduras adalah salah satu negara paling mematikan bagi aktivis-aktivis lingkungan. Menurut laporan itu, setidaknya 2 orang yang bekerja untuk menyelamatkan lingkungan tewas setiap minggu pada tahun 2014. Secara total, kelompok Global Witness mendokumentasikan pembunuhan setidaknya terjadi pada 116 aktivis lingkungan tahun lalu. Tiga-perempat dari mereka tewas di Amerika Tengah dan Selatan.
Honduras memang memiliki tingkat pembunuhan yang tertinggi di dunia. Organisasi hak asasi manusia Honduras melaporkan ada lebih dari 10.000 pelanggaran HAM oleh aparat keamanan negara dan impunitas yang dibiarkan begitu saja oleh negara.
( Sumber: www.democracynow.org)
Post a Comment