Para Ibu yang Menunggu Presiden di Depan Pintu Istana
Luviana – www.konde.co
Istana selalu terlihat terik. Walau ada beberapa pohon di depannya, namun ini tak menutupi kegerahan, pedih dan peluh yang berjatuhan.
Gerah dan peluh ini dirasakan banyak perempuan yang tak berhenti melakukan aksi di depan istana. Mengetuk pintu presiden. Agar presiden mau keluar istana. Tapi inilah yang terjadi. Tak hanya aksi kamisan yang dilakukan para korban HAM di depan istana setiap kamis sore, sejumlah aksi lain tercatat dilakukan di depan istana. Simbol perlawanan atas kebijakan pemerintah yang tak membela minoritas.
Selasa siang hari ini (12/04/2016) adalah hari dimana keduakalinya para perempuan petani Kendeng mendatangi istana di Jakarta. Setahun lalu yaitu pada tahun 2015 para perempuan Kendeng, Rembang, Jawa Tengah ini membunyikan lesung tanda bahaya di depan istana presiden di Jakarta tanda menolak pendirian pabrik semen di tanah-tanah mereka.
Selasa siang hari ini 9 perempuan kartini yang turun dari pegunungan Kendeng akan menyemen kaki-kaki mereka di depan istana. Aksi ini dilakukan untuk mengetuk presiden agar mau bertemu dengan mereka.
Pabrik semen yang akan dibangun di sepanjang pegunungan Kendeng di Rembang, Pati, Blora dan Grobogan Jawa Tengah akan mengancam keberlangsungan hidup para petani Kendeng.Aksi kedatangan keduakalinya ini sebagai simbol perlawanan para perempuan.
Komite Aksi Perempuan (KAP) dalam catatan tahunan buruh perempuan 2015 lalu menyatakan bahwa janji Jokowi-JK dalam Nawacita yang berjanji memberikan perlindungan bagi para petani, ternyata hanya memberikan janji semu. Petani perempuan di Kendeng, Rembang, JawaTengah di tahun 2014-2015 lahan produktifnya terancam oleh keberadaan pertambangan. Pembangunan pabrik semen di Kendeng, Jawa Tengah menunjukkan bukti keberpihakan pemerintah pada investasi sektor industri. Para perempuan petani di sejumlah daerah di Indonesia mewakili potret konflik lahan dan perampasan ruang hidup rakyat.
“Saat ini terdapat 77 ijin pertambangan bahan semen yang sebagian telah mengakibatkan kerusakan lingkungan,” Kata Tias Wiandani dari Komite Aksi Perempuan.
Aksi perempuan petani yang dilakukan oleh Ibu Gunarti dan sejumlah perempuan Kendeng ini rencannya akan dilakukan setiap hari di depan istana presiden.
Perempuan Miskin Kota, Ibadah dan Kamisan di Istana
3 minggu lalu, aksi di depan istana juga dilakukan sejumlah organisasi miskin kota Jakarta yaitu Urban Poor Consortium (UPC) dan Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK) dan Serikat Becak Jakarta (Sebaja). Aksi ini dilakukan setiap hari selama 2 minggu berturut-turut untuk menagih janji Jokowi yang tidak akan melakukan penggusuran pada warga Jakarta. Janji ini ia ucapkan ketika Jokowi melakukan kampanye Pilkada Jakarta dan Kampanye Presiden 2014 lalu. Aktivis JRMK, Gugun Mohammad mengungkapkan bahwa para ibu terluka akibat dikejar polisi dalam aksi-aksi tersebut.
Aksi lain juga dilakukan jemaat GKI Yasmin. Aksi ini sudah dilakukan selama 6 tahun. Pada 10 April 2016 lalu tepat 6 tahun gedung gereja GKI Yasmin disegel oleh Satuan Polisi Pamong Praja atas perintah Walikota Bogor kala itu, Diani Budiarto. 6 tahun berlalu, dan mereka masih terus melakukan aksi di istana. Setiap 2 minggu sekali mereka masih terus melakukan ibadah di depan istana. Perempuan dan anak-anak selalu mengikuti aksi ini sebagai bagian perjuangan mereka untuk mendapatkan hak pendirian rumah ibadah.
Dan aksi lain yang sudah dilakukan selama 439 kali adalah aksi kamisan. Aksi ini dilakukan sebagai medium perjuangan dan perlawanan atas segala bentuk keadilan dan pelanggaran HAM. Mereka adalah para korban penghilangan paksa , korban peristiwa 98, korban peristiwa 65 dan korban pelanggaran HAM lainnya.
Ibu Sumarsih yang menuntut kematian anaknya di tahun 1998 kini sudah mulai menua. Beberapa perempuan yang menuntut kasus 65 bahkan sudah meninggal dunia.
Namun para perempuan ini tak pernah berhenti
Menunggu presiden
Membuka pintu istananya.
Istana selalu terlihat terik. Walau ada beberapa pohon di depannya, namun ini tak menutupi kegerahan, pedih dan peluh yang berjatuhan.
Gerah dan peluh ini dirasakan banyak perempuan yang tak berhenti melakukan aksi di depan istana. Mengetuk pintu presiden. Agar presiden mau keluar istana. Tapi inilah yang terjadi. Tak hanya aksi kamisan yang dilakukan para korban HAM di depan istana setiap kamis sore, sejumlah aksi lain tercatat dilakukan di depan istana. Simbol perlawanan atas kebijakan pemerintah yang tak membela minoritas.
Selasa siang hari ini (12/04/2016) adalah hari dimana keduakalinya para perempuan petani Kendeng mendatangi istana di Jakarta. Setahun lalu yaitu pada tahun 2015 para perempuan Kendeng, Rembang, Jawa Tengah ini membunyikan lesung tanda bahaya di depan istana presiden di Jakarta tanda menolak pendirian pabrik semen di tanah-tanah mereka.
Selasa siang hari ini 9 perempuan kartini yang turun dari pegunungan Kendeng akan menyemen kaki-kaki mereka di depan istana. Aksi ini dilakukan untuk mengetuk presiden agar mau bertemu dengan mereka.
Pabrik semen yang akan dibangun di sepanjang pegunungan Kendeng di Rembang, Pati, Blora dan Grobogan Jawa Tengah akan mengancam keberlangsungan hidup para petani Kendeng.Aksi kedatangan keduakalinya ini sebagai simbol perlawanan para perempuan.
Komite Aksi Perempuan (KAP) dalam catatan tahunan buruh perempuan 2015 lalu menyatakan bahwa janji Jokowi-JK dalam Nawacita yang berjanji memberikan perlindungan bagi para petani, ternyata hanya memberikan janji semu. Petani perempuan di Kendeng, Rembang, JawaTengah di tahun 2014-2015 lahan produktifnya terancam oleh keberadaan pertambangan. Pembangunan pabrik semen di Kendeng, Jawa Tengah menunjukkan bukti keberpihakan pemerintah pada investasi sektor industri. Para perempuan petani di sejumlah daerah di Indonesia mewakili potret konflik lahan dan perampasan ruang hidup rakyat.
“Saat ini terdapat 77 ijin pertambangan bahan semen yang sebagian telah mengakibatkan kerusakan lingkungan,” Kata Tias Wiandani dari Komite Aksi Perempuan.
Aksi perempuan petani yang dilakukan oleh Ibu Gunarti dan sejumlah perempuan Kendeng ini rencannya akan dilakukan setiap hari di depan istana presiden.
Perempuan Miskin Kota, Ibadah dan Kamisan di Istana
3 minggu lalu, aksi di depan istana juga dilakukan sejumlah organisasi miskin kota Jakarta yaitu Urban Poor Consortium (UPC) dan Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK) dan Serikat Becak Jakarta (Sebaja). Aksi ini dilakukan setiap hari selama 2 minggu berturut-turut untuk menagih janji Jokowi yang tidak akan melakukan penggusuran pada warga Jakarta. Janji ini ia ucapkan ketika Jokowi melakukan kampanye Pilkada Jakarta dan Kampanye Presiden 2014 lalu. Aktivis JRMK, Gugun Mohammad mengungkapkan bahwa para ibu terluka akibat dikejar polisi dalam aksi-aksi tersebut.
Aksi lain juga dilakukan jemaat GKI Yasmin. Aksi ini sudah dilakukan selama 6 tahun. Pada 10 April 2016 lalu tepat 6 tahun gedung gereja GKI Yasmin disegel oleh Satuan Polisi Pamong Praja atas perintah Walikota Bogor kala itu, Diani Budiarto. 6 tahun berlalu, dan mereka masih terus melakukan aksi di istana. Setiap 2 minggu sekali mereka masih terus melakukan ibadah di depan istana. Perempuan dan anak-anak selalu mengikuti aksi ini sebagai bagian perjuangan mereka untuk mendapatkan hak pendirian rumah ibadah.
Dan aksi lain yang sudah dilakukan selama 439 kali adalah aksi kamisan. Aksi ini dilakukan sebagai medium perjuangan dan perlawanan atas segala bentuk keadilan dan pelanggaran HAM. Mereka adalah para korban penghilangan paksa , korban peristiwa 98, korban peristiwa 65 dan korban pelanggaran HAM lainnya.
Ibu Sumarsih yang menuntut kematian anaknya di tahun 1998 kini sudah mulai menua. Beberapa perempuan yang menuntut kasus 65 bahkan sudah meninggal dunia.
Namun para perempuan ini tak pernah berhenti
Menunggu presiden
Membuka pintu istananya.
Merinding
BalasHapus