Diskriminasi Upah Perempuan di Amerika
Luviana – www.konde.co
Konde.co, Washington - Presiden Amerika, Barack Obama pada Kamis 12 April 2016 lalu menyatakan akan menyelesaikan persoalan upah yang tidak setara antara buruh laki-laki dan perempuan di Amerika.
Sejumlah penelitian di Amerika menunjukkan bahwa kesenjangan upah tetap menjadi masalah utama bagi perempuan, Obama mencatat bahwa kesenjangan ini tak hanya terjadi di Amerika, namun juga banyak negara industri di dunia.
Menurut sebuah laporan yang dirilis pekan lalu oleh Komite Kongres Amerika, dinyatakan bahwa buruh perempuan digaji lebih sedikit dari laki-laki. Diskriminasi upah juga terjadi pada ras dan asal negara yang berbeda, misalnya pada perempuan Amerika latin maupun perempuan Afrika-Amerika.
Kesenjangan upah yang sudah lama terjadi ini memiliki dampak besar pada pendapatan seumur hidup pada perempuan, misalnya pada pensiun yang diterima perempuan. Upah rendah bagi perempuan berarti mereka akan menerima pensiun yang lebih kecil daripada buruh laki-laki yang pensiun.
Kondisi lain, buruh perempuan yang sebelumnya bekerja dan kemudian memutuskan untuk menjadi ibu, kesenjangan upah dapat tumbuh secara substansial setelah mereka kembali bekerja. Selain itu banyak perempuan yang digaji lebih tinggi jika tanpa anak.Sedangkan laki-laki selalu dianggap produktif dibandingkan perempuan, karena tidak melalui masa-masa melahirkan dan mengasuh anak.
Awal tahun ini, Presiden Obama mengeluarkan program Equal Employment Opportunity Commission (EEOC) bersama Departemen Tenaga Kerja AS, hal ini untuk mengumpulkan data gaji yang diurutkan berdasarkan gender, ras, etnis dan asal negara. Pengumpulan data yang akan dilakukan setiap tahun ini, mencakup lebih dari 63 juta karyawan dan akan memberikan informasi yang lebih konkrit pada saat pembayaran gaji agar tidak terjadi diskriminasi di industri dan pekerjaan.
Meskipun Pemerintah bergerak untuk mengatasi pembayaran yang diskriminatif, tindakan legislatif masih diperlukan untuk mengecilkan kesenjangan upah gender. Ada undang-undang kunci disana yang akan membantu secara signifikan untuk mengurangi kesenjangan ini.
Sejumlah organisasi buruh disana memperjuangkan agar pekerja menuntut ganti rugi jika ada diskriminasi soal upah , serta mewajibkan majikan dan pengusaha untuk membuktikan bahwa setiap membayar gaji tidak berdasarkan atas jenis kelamin. Mereka juga melarang pembayaran berdasarkan ras atau asal negara. Para perempuan senator di Amerika sudah berkumpul pekan lalu dan menyetujui soal ini.
Dengan pernyataan Obama ini, organisasi-organisasi feminis di Amerika semakin gencar mengkampanyekan penolakan diskriminasi terhadap upah. Mereka menggunakan hastag #equalpay dalam kampanye mereka melalui twitter. Organisasi feminis ini mengajak masyarakat disana untuk berkampanye soal kesetaraan upah antara perempuan dan laki-laki dan menolak diskriminasi upah pada ras dan asal negara yang berbeda.
(Sumber: msmagazine)
(Foto: yanksarecoming.com)
Konde.co, Washington - Presiden Amerika, Barack Obama pada Kamis 12 April 2016 lalu menyatakan akan menyelesaikan persoalan upah yang tidak setara antara buruh laki-laki dan perempuan di Amerika.
Sejumlah penelitian di Amerika menunjukkan bahwa kesenjangan upah tetap menjadi masalah utama bagi perempuan, Obama mencatat bahwa kesenjangan ini tak hanya terjadi di Amerika, namun juga banyak negara industri di dunia.
Menurut sebuah laporan yang dirilis pekan lalu oleh Komite Kongres Amerika, dinyatakan bahwa buruh perempuan digaji lebih sedikit dari laki-laki. Diskriminasi upah juga terjadi pada ras dan asal negara yang berbeda, misalnya pada perempuan Amerika latin maupun perempuan Afrika-Amerika.
Kesenjangan upah yang sudah lama terjadi ini memiliki dampak besar pada pendapatan seumur hidup pada perempuan, misalnya pada pensiun yang diterima perempuan. Upah rendah bagi perempuan berarti mereka akan menerima pensiun yang lebih kecil daripada buruh laki-laki yang pensiun.
Kondisi lain, buruh perempuan yang sebelumnya bekerja dan kemudian memutuskan untuk menjadi ibu, kesenjangan upah dapat tumbuh secara substansial setelah mereka kembali bekerja. Selain itu banyak perempuan yang digaji lebih tinggi jika tanpa anak.Sedangkan laki-laki selalu dianggap produktif dibandingkan perempuan, karena tidak melalui masa-masa melahirkan dan mengasuh anak.
Awal tahun ini, Presiden Obama mengeluarkan program Equal Employment Opportunity Commission (EEOC) bersama Departemen Tenaga Kerja AS, hal ini untuk mengumpulkan data gaji yang diurutkan berdasarkan gender, ras, etnis dan asal negara. Pengumpulan data yang akan dilakukan setiap tahun ini, mencakup lebih dari 63 juta karyawan dan akan memberikan informasi yang lebih konkrit pada saat pembayaran gaji agar tidak terjadi diskriminasi di industri dan pekerjaan.
Meskipun Pemerintah bergerak untuk mengatasi pembayaran yang diskriminatif, tindakan legislatif masih diperlukan untuk mengecilkan kesenjangan upah gender. Ada undang-undang kunci disana yang akan membantu secara signifikan untuk mengurangi kesenjangan ini.
Sejumlah organisasi buruh disana memperjuangkan agar pekerja menuntut ganti rugi jika ada diskriminasi soal upah , serta mewajibkan majikan dan pengusaha untuk membuktikan bahwa setiap membayar gaji tidak berdasarkan atas jenis kelamin. Mereka juga melarang pembayaran berdasarkan ras atau asal negara. Para perempuan senator di Amerika sudah berkumpul pekan lalu dan menyetujui soal ini.
Dengan pernyataan Obama ini, organisasi-organisasi feminis di Amerika semakin gencar mengkampanyekan penolakan diskriminasi terhadap upah. Mereka menggunakan hastag #equalpay dalam kampanye mereka melalui twitter. Organisasi feminis ini mengajak masyarakat disana untuk berkampanye soal kesetaraan upah antara perempuan dan laki-laki dan menolak diskriminasi upah pada ras dan asal negara yang berbeda.
(Sumber: msmagazine)
(Foto: yanksarecoming.com)
Post a Comment