Bapak Rumah Tangga dan Ibu Pekerja
*Sica Harum – www.konde.co
“Dibutuhkan lelaki yang secure untuk menjadi support bagi istrinya.”
Seorang kenalan, setelah 16 tahun berkarier sebagai ibu rumah tangga mengaku jenuh. Sekarang anak-anaknya sudah SMP dan ia merasa perlu melakukan sesuatu hal yang baru.
“Saya awalnya merasa bersalah karena menginginkan karier baru di luar profesi ibu rumah tangga. Dulu saya guru Bahasa Mandarin, dan saya punya banyak murid. Sekarang saya ingin menjadi penerjemah profesional.”
Dan sekarang, 2 minggu sejak pertemuan kami, ia bilang masih mencari cara untuk memberi tahu suaminya, agar keinginanya itu bisa disepakati bersama.
The Intern
Pertemuan itu meningatkan saya pada sebuah film yang berjudul “The Intern” (2015). Dikisahkan tentang Jules (diperankan Anne Hathaway) yang memimpin e-commerce besar, dengan sang suami yang berperan sebagai "stay at home father". Si bapak lah yang ambil peran untuk hadir dalam aktivitas anak perempuan tunggal mereka. Mulai dari mengantarnya ke sekolah, hingga berpartisipasi dalam kegiatan anaknya. Jules, yang sesekali mengantarkan anaknya ke sekolah, selalu mendapatkan komentar-komentar tak menyenangkan dari para pengantar anak-anak.
“It's 2015, are we really still critical of working moms?”kata Jules.
Suami Jules bernama Matt (diperankan Anders Holm), digambarkan sebagai sosok suami yang mendukung karier sang istri dan seorang bapak yang penyayang. Setiap pagi, Matt menyiapkan bekal makan siang untuk Jules dan putri mereka. Namun, ada beberapa malam digambarkan Matt sangat kelelahan dan nyaris mati dalam kebosanan. Jules pun tergoda untuk berhenti bekerja karena “merasa bersalah.”
Relasi yang Tak Mudah
Jules menyukai apa yang ia kerjakan: memimpin bisnis dengan sepenuh hati. Jules sengaja belanja online di situsnya sendiri untuk mengetahui bagaimana pegawainya mengemas produk. Ketika barang pesanannya dikemas sembarangan, Jules tak segan mengajari tim di bagian gudang untuk membungkus pesanan konsumen dengan manis; “seperti kado yang akan kita terima dengan senang hati”, katanya.
Namun, kehidupan rumah tangga mereka menjadi berubah ketika Jules tahu suaminya selingkuh dengan ibu teman anaknya, ia bimbang. Jauh di dalam lubuk hatinya, ia seperti merasa “kalau aku enggak sesibuk ini, mungkin suamiku enggak selingkuh.” Ia mulai paranoid akan ditinggal Maat dengan perempuan baru pilihannya. Ia juga merasa takut jika ditinggal anak tunggalnya dan akhirnya dimakamkan sendirian.
Kesepian.
Jules lantas cari cara. Ia merasa tak perlu memberitahu suaminya bahwa ia tahu perselingkuhan itu, melainkan ia mulai mewawancarai CEO baru. Demi utuhnya pernikahan, demi suami yang masih ia cintai, juga putri semata wayangnya. Dia akan mempekerjakan orang lain sebagai CEO bisnis yang dibangunnya sendiri.
Adalah Ben (Robert De Niro), seorang pensiunan eksekutif perusahaan pembuat “Yellow Pages”, yang butuh kesibukan dalam hidupnya pasca meninggalnya sang istri. Ia melamar menjadi pekerja magang di perusahaan Jules dengan mengikuti program senior internship: program magang khusus pensiunan.
Ben selalu sigap dan siap membantu saat Jules membutuhkan, meski awalnya Jules tak terlalu yakin keberadaan Ben punya kontribusi penting dalam hidupnya. Namun lambat laun, mereka bersahabat. Bahkan Ben bisa menjadi “penasihat” informal Jules. Dan Ben tahu perselingkuhan itu. Ben mengingatkan Jules, tak mungkin ada CEO yang paling pas memimpin e-Commerce milik Jules, selain Jules sendiri. Ben kemudian membantu Jules untuk percaya diri menyelesaikan persoalan.
“Tapi pernikahanku terancam,” kata Jules.
Titik Persimpangan Jules
Persimpangan antara karier dan keluarga seringkali menempatkan perempuan dalam titik bersalah. Meski sebetulnya, antara ibu berkarier dan ibu rumah tangga tak bisa dibandingkan. Semata keduanya ialah pilihan, tak lantas membuat yang satu lebih mulia ketimbang lainnya. Namun, pada nyatanya, tak banyak perempuan kebas dari perasaan bersalah saat karier atau bisnisnya moncer.
Apa yang harus dilakukan Jules ketika ada di titik pilihan itu? Apakah ia melakukan kekerasan terhadap anak dan suaminya saat ia tak memilih menjadi ibu rumah tangga? Apakah Matt jadi berhak selingkuh karena Jules membesarkan bisnisnya? Seperti apa membuat kesepakatan bersama dan kenapa kerap kali ini menjadi kerikuhan tersendiri?
Saya pribadi, suka dengan cara sang sutradara Nancy Meyers memberikan perspektif dalam film ini, persimpangan Jules, pilihan-pilihan yang tak mudah dan bagaimana mengakhiri kisah manis itu. Setidaknya, meski cuma dalam film, pilihan itu bisa memberi wawasan baru, dan juga referensi- terutama bagi orang-orang yang suka mengambil pelajaran dari “manisnya” film-film Hollywood.
Bapak rumah tangga dan Ibu pekerja, pada akhirnya, ialah semata kesepakatan dua manusia yang saling menghormati dan paham akan konsekuensi.
(Foto: Thewriteteachres.com dan ibnlive.com)
* Sica Harum, mantan wartawan nasional “Media Indonesia” ini berkecimpung menjadi jurnalis dan penulis sejak tahun 2004. Sarjana Matematika Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Pascasarjana Kajian Amerika UI ini biasa menulis profil dan features tentang teknologi, sosial, budaya, ekonomi dan politik. Berkecimpung sebagai editor konten digital di wego.com dan hingga akhirnya mendirikan penerbitan buku untuk perempuan “Nyonya Buku” dan menekuni penulisan dengan pendekatan brand journalism.
Post a Comment