Nila dan Mala, Buruh Outsourching Pembaca Deklarasi
* Khamid Istakhoiri – www.konde.co
Bogor, Konde.co – Ini adalah cerita tentang buruh perempuan yang berjuang di pabrik masing-masing. Dua buruh perempuan ini merupakan buruh outsourching. Dipekerjakan dengan ketidakjelasan status, hingga ikut dalam pemogokan kerja para buruh di pabriknya. Kongres 1 sejumlah organisasi buruh, yaitu Konferensi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI) telah selesai dilaksanakan di Bogor pada 2-4 September 2016 lalu, kini menyisakan cerita penting bagi 2 buruh perempuan kontrak dan outsourching, Nila dan Mala.
Nila dan Mila, Buruh Perempuan Outsourching
Nila nama panggilannya. Nama lengkapnya Kasnila Fitriya, perempuan yang bekerja di pabrik Garmen PT. Amos Indah Indonesia ini mendapat kehormatan untuk membacakan naskah deklarasi dalam pembukaan Kongres 1 KPBI. Nila bercerita bahwa dirinya sempat grogi dan tidak percaya diri ketika panitia memintanya secara mendadak untuk tampil ke panggung.
“Saya ini kan buruh pabrik, pendidikan hanya lulus SD. Tapi kenapa panitia memilih saya,” ungkap Nila masih tidak percaya.
Nila, lahir di Padang pada 20 Mei 1977 sekarang tinggal di rumah kontrakannya di Kampung Sukapura Cilincing Jakarta Utara. Sebelum bekerja di perusahaan garmen yang sekarang, dia tercatat bekerja di beberapa perusahaan lain antara lain PT. Wilbes, PT. Bintang Adi Busana dan PT. Rismar. Di semua perusahaan garmen tersebut dia mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), lebih tepatnya PHK dengan alasan habis kontrak.
Nila, saat ini aktif menjadi anggota dan pengurus di basis Federasi Buruh Lintas Pabrik (FBLP) PT. Amos Indah Indonesia. Kondisi kerja yang buruk, jam kerja panjang, upah yang rendah dan berbagai tekanan lainnya membuatnya makin mantap bergabung dengan serikat buruh.
“Saya merasakan semangat yang luar biasa ketika ada acara pembukaan Kongres KPBI kemarin. Saya diberi kepercayaan untuk membacakan naskah deklarasi. Saya, masih suka Gede Rasa (GR) ketika beberapa teman memperlihatkan video rekaman acara itu, “ kata Nila mengenang.
Buruh perempuan lain yang berdampingan dengan Nila ketika membaca naskah deklarasi berasal dari Muara Enim, Sumatera Selatan. Namanya Rusmalahati atau biasa dipanggil Mala. Mala, sama seperti Nila. Sampai saat ini masih menjadi buruh outsourching.
Pekerjaan Mala adalah satpam di pabrik kertas PT. Tanjung Enim Lestari. Bekerja sebagai buruh outsourching jelas membuatkan hidup dalam ketidakpastian. Tiap selalu dihadapkan pada ketidakpastian karena berganti-ganti vendor. Baru saja penyesuaian, eh.. tahun depan sudah ganti perusahaan lagi, kenang Mala dengan raut muka serius.
Mala, adalah salah satu penggerak serikat pekerja di perusahannya. Bersama suaminya, Roji yang juga menjadi satpam di perusahaan yang sama, sepasang suami istri ini berjuang keras mengatasi segala masalah.
“Masalah di tempat kerja, memang keras, tapi kami harus menghadapi situasi yang lebih rumit sebab kami sama-sama aktif di serikat. Suami saya, menjabat sebagai sekretaris wilayah FSP2KI Sumatera Selatan,” ujar Mala menjelaskan.
Membagi waktu untuk bekerja, istrirahat, berserikat dan mengurus anak-anak dilakukan secara bergantian dengan suaminya.
Pembaca Deklarasi di Kongres Buruh
Perhelatan Kongres KPBI dilakukan di Bogor, dihadiri ratusan buruh dari berbagai daerah di Indonesia. Nila dan Mala maju, membacakan deklarasi buruh, diantara banyak laki-laki buruh dalam ruangan itu.
Sebelum hadir di Kongres 1 KPBI, Mala bersama rombongan FSP2KI sudah lebih dulu hadir di jakarta. Selama 2 hari, dia ikut serta dalam pertemuan dengan afiliasi internasional Industri All bersama dengan serikat kertas dari beberapa negara Asean seperti Philipina, Malaysia dan Thailand.
“Saya tidak bisa berbahasa Inggris, tapi saya percaya diri berbicara dihadapan delegasi lain. Saya mengatakan bahwa pekerja outsourching di pabrik kertas masih sangat banyak, dan sekarang kami sudah berserikat,” cerita Mala mengenai pertemuan Internasional yang baru saja diikutinya.
Sama seperti Nila, pengalaman berserikatnya juga penuh dengan dinamika.
Beberapa tahun lalu, Mala ikut terlibat dalam pemogokan satpam di perusahaan. Pemogokan itu terjadi akibat hak-hak sebagai satpam diabaikan dan perusahaan berpendapat bahwa kami bukan pekerja utama.
“Kami membuktikan bahwa pemogokan selama sebulan menyebabkan operasional perusahaan terganggu. Para pekerja merasa tidak fokus bekerja sebab mereka khawatir komplek perumahannya tidak aman ketika kami mogok kerja, banyak pencurian. Akhirnya, kami memenangkan pemogokan tersebut meskipun awalnya kami mendapatkan ancaman serius sebab perusahaan mengatakan berdasarkan surat edaran Kapolri, satpam dilarang berserikat,” ujar Mala.
Ilhamsyah, Ketua Umum KPBI yang terpilih dalam Kongres tersebut mengapresiasi tampilnya 2 buruh perempuan dalam deklarasi Kongres KPBI.
“Ini merupakan warna dan tradisi baru. Kami memberikan kesempatan kepada 2 buruh perempuan, buruh kontrak dan outsourching untuk tampil membacakan naskah deklarasi. Peristiwa ini, sebenarnya sebuah pesan serius kepada para pemimpin serikat, khususnya yang tergabung dalam KPBI bahwa tugas merekalah untuk memperjuangkan buruh perempuan, buruh kontrak dan outsourching yang hidupnya teraniaya oleh sistem,” jelas Ilhamsyah.
Kongres 1 KPBI sudah berlalu. Kenangan dan semangat persatuan yang terukir selama Kongres, akan menjadi simpul pengikat bagi semua buruh terutama buruh perempuan dan akan menginspirasi dalam perjuangan di tempat kerjanya nanti.
(Nila dan Mala saat membacakan deklarasi KPBI di Bogor, Jawa Barat. Foto: Khamid Istakhoiri)
*Khamid Istakhoiri, aktivis buruh SERBUK di Karawang, Jawa Barat. Sudah 20 tahun ini bekerja di jaringan nasional buruh dan melakukan advokasi pada buruh di Indonesia.
Post a Comment