Meniti Harapan di Titian Rel Kereta Putar
Poedjiati Tan - www.konde.co
Suara sirene sudah mulai berbunyi diikuti kerlap-kerlip lampu di kereta putar. Sementara anak-anak tak sabar menanti untuk meniaki kereta. Mereka semua menatap perempuan berkerudung yang keliatan sibuk mondar-mandir memasang rel kereta, meminta temannya membantu untuk mengangkat kereta berdua, menurunkan dari troli, memasang lampu dan mengatur listrik di rel kereta putar. Sementara anak-anak yang menunggu sudah tidak sabar untuk segera naik kereta. Lagu anak-anak mulai terdengar dari spekaer di tengah-tengah putaran rel, anak-anak dengan tertib menaiki kereta dibantu orang tuanya masing-masing.
Inilah cerita Corry perempuan yang bekerja sebagai operator kereta putar di acara Bazar Kampung. Setiap hari dia bersama para PKL atau pedagang keliling, begitu mereka menyebut dirinya, berpindah-pindah dari satu kampung ke kampung lain, dari satu pinggir jalan ke pinggir jalan lain, dimana bazar kampung diadakan. Corry harus menyiapkan kereta putar di sore hari dan membongkarnya kembali di malam hari, itu sudah dia lakukan setiap hari. Sudah sepuluh tahun dia bersama suaminya menjalani kehidupan seperti ini. Dulu dia bekerja di sebuah kantor dan suaminya seorang guru bahasa Inggris dan Bahasa Arab. Tetapi suaminya tidak menyukai pekerjaannya. Suaminya yang sarjana hukum, sering membantu PKL dan akhirnya ikut berjualan cd dan ditangkap polisi. Lalu dia beralih bisnis aksesoris tetapi tidak lama dan ditawari membeli kereta putar.
Ketika memiliki kereta putar dia mulai mengkoordinir para pedagang keliling untuk berjualan bersama di bazar-bazar kampung. Dulu mbak Corry hanya membantu suaminya bila ada waktu, tetapi akhirnya dia memilih keluar dari pekerjaannya ketika suaminya mulai mempunyai lima kereta putar dan satu komidi kincir putar. Apalagi ketika suaminya melihat dia bisa membongkar dan memaasang sendiri rangkaian keretanya, lalu dia diberi satu rangkaian kereta untuk dioperasikan. Setelah itu Corry dijadikan koordinator pedagang keliling, karena dalam sehari bisa ada dua event atau lebih. Sementara suaminya mengurus event bazar di tempat lain atau survey tempat untuk bazar berikutnya. Bila malam sebelum tutup suaminya akan datang, mengecek keadaan dan menyanyakan pedagang siapa yang masih melanjutkan jualan besok dan siapa yang tidak berjualan. Berikut ini wawancara saya dengan mbak Corry.
Kendala apa saja yang dihadapi dalam menjalankan pekerjaan ini?
“Kendalanya adalah aparat satpol PP ataupun oknum polisi yang kadang meminta bagian padahal suaminya sudah mengurus surat ijinnya. “Datang dengan naik motor trail dibleer-bleer, nguweng-nguweng muter-muter trus bentak-bentak saya tanya ijinnya! Saya bilang “Sabar pak nggak usah bentak-bentak, saya punya ijinnya kok, saya ya mengerti aturan! Setelah melihat surat dia tetap minta uang katanya “itu khan dari kepolisian bukan dari satpol pp!
Mereka minta satu juta, lalu saya kasi lima ratus ribu, padahal waktu itu saya dapat 510ribu dan diminta satpol PP lima ratus ribu, jadi saya cuma dapat sepuluh ribu mbak!Katanya.
“Belum lagi kadang dicibir orang karena bekerja seperti ini, ada yang marah-marah juga karena dianggap berisik!Lanjutnya. “Kalau ada yang marah karena berisik di depan rumahnya, ya, saya coba untuk berdamai dan memindahkan keretanya di tempat lain. Saya nggak mau cari ribut soalnya kasian juga sama pedagang lainnya kalau diusir semua dari kampung itu, apalagi kalau yang jualan makanan!Jelasnya. “Para pedagang disini selalu kompak saling membantu bila ada masalah dan saling menjaga!Lanjutnya
Apa yang mbak Corry kerjakan kalau pagi?
“Saya mengantar jemput anak-anak sekolah, pagi nganter yang besar di SD trus sekalian belanja, pulang nggak lama nganter yang kecil sekolah TK. Pulang masak, bersih-bersih rumah trus nanti jemput sekolah yang kecil dan besar, nyiapkan makan siang buat anak-anak dan suami. Cuci baju kadang setrika dan jam tiga sore sudah siap-siap berangkat ke tempat bazar!Jawabnya. “Ya, gitu mbak muter terus kegiatan saya!Jawabnya sambil ketawa.
Apakah hasil pendapat kereta putar diberikan suami?
“Sejak saya bisa mengoperasikan kereta sendiri, uang hasil kereta buat saya semua dan suami tidak lagi memberikan uang belanja! Jadi uang penghasilan ya buat bayar listrik, bayar uang sekolah, belanja sehari-hari dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
Apa cukup uangnya untuk kebutuhan sehari-hari?
“Alhamdulilah cukup mbak! Kecuali ada pengeluaran tak terduga ya minta suami! Soalnya uang suami khan buat perputaran ngurus ijin-ijin atau kadang sewa genset kalau nggak ada listik dan urusan lain-lain. Trus buat bayar sewa kontrak tempat untuk kereta-kereta dan perlengkapan bazar lainnya. Suami saya itu pikirannya seperti pengusaha, jadi dia selalu berpikir, apa lagi yang bisa dilakukan, misalnya apa yang bisa digabungkan sambil mengoperasikan kereta, lalu membuat persewaan mainan pake tabs dan sekarang menyewakan VR Box buat main atau film 3D. Jadi uangnya buat investasi begituan mbak!
Berapa pendapatan sehari?
“ Nggak pasti mbak, kadang kalau ramai ya bisa dapat lima ratus lebih tapi kalau sepi nggak sampai seratus ribu. Apalagi kalau ada pengeluaran tak terduga dari aparat! Tapi yang pasti cukuplah mbak buat menghidupi keluarga”katanya
Saya melihat para pedagang yang berjualan kebanyakan perempuan dan membawa anak-anak mereka di acara bazar. Hampir 30 pedagang yang menjadi peserta bazar, separuhnya adalah pedagang perempuan. Menurut mbak Corry sebagian suami mereka juga sedang mengikuti bazar di tempat lain yang lebih besar, “ada 260 pedagang mbak di setro!Kata Corry meyebutkan sebuah lokasi di Surabaya. Saya juga melihat anak mbak Corry sedang mengerjakan tugas sekolah disalah satu teras rumah tetangga saya.
Apa anak-anak selalu ikut di setiap bazar?
“Ya, soalnya di rumah nggak ada yang jaga, mbak! Anak saya yang gede ini pinter dia juga bisa bantu-bantu saya kalau rame! Anak saya bisa nungguin persewaan game sendirian kadang bisa dapat tiga ratus ribu sendirian lho!Katanya dengan nada bangga.
Begitulah kisah para pedagang perempuan tangguh yang menjadi pedagang keliling dari satu bazar ke bazar lainnya setiap hari tanpa ada jedah kecuali lebaran. Kehidupan di pinggir jalan memebuat para perempuan mejadi tangguh saling mendukung dan melindungi satu sama lainnya. Mereka ikut membantu perekonomian keluarga tanpa mengenal lelah dan masih juga harus melakukan pekerjaan domestik di rumah.
Post a Comment