Jaringan Buruh Migran Sesalkan Pernyataan Jusuf Kalla (Tanggapan Pidato Eni Lestari)
Poedjiati Tan- www.konde.co
Jakarta, Konde.co - JBMI, Jaringan Buruh Migran Indonesia, sebuah aliansi beranggotakan buruh migran dan keluarganya di Hong Kong, Macau, Taiwan dan Indonesia yang selama ini aktif dalam membela hak buruh migran kecewa dan marah dengan pernyataan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla dalam menanggapi pidato Eni Lestari pada sesi pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi tentang Migran dan Pengungsi yang ke-71 (High Level Summit on Migrants and Refugee) di New York.
"Ibu Eni tak wakili Indonesia, tapi internasional imigran yang jumlahnya begitu banyak, dia wakili Banglades, India apa saja ya migran," kata Jusuf Kalla di Markas PBB, New York, yang dimuat salah satu media online pada Selasa (20/9/2016).
"Saya memaparkan pengalaman saya sebagai rakyat Indonesia yang terpaksa menjadi buruh migran murah dan pengalaman kongkrit buruh migran Indonesia diluar negeri yang tidak pernah dijamin hak dan perlindunganya oleh pemerintah, tegas Eni Lestari yang saat ini masih berada di New York.
Eni juga menjelaskan bahwa kondisi buruh migran Indonesia sama seperti migran dan pengungsi lainya yang terpaksa meninggalkan tanah kelahiranya karena kerakusan pemodal besar yang terus merampas, merusak dan menciptakan perang serta kemiskinan dinegara asal migran. Jika JK dan pemerintah Indonesia tidak memahami permasalahan yang sedang dihadapi oleh buruh migran Indonesia dan anggota keluarganya dan ingin mencari solusi yang tepat “Bicaralah dengan Kita dan Dengarkan Kita” tegas Eni melalui pesan singkatnya.
"Pernyataan JK menunjukan ketidakpahamannya terhadap persoalan rakyat Indonesia dan penyebab rakyat bermigrasi serta rentan menjadi korban perdagangan orang dan sindikat narkoba”ungkap Sringatin, Koordinator JBMI.
Pernyataan JK sebenarnya sikap pemerintah Indonesia yang selalu menutup mata dan telinga terkait ketidakadilan yang dialami jutaan BMI diluar negeri. Pemerintah Indonesia tidak mengakui keberadaan dan kontribusi kami sebagai pekerja dan manusia, karena kami dari awal sudah dianggap sebagai barang, budak yang diperjualbelikan. Bahkan pemerintah masih menyalahkan pekerjaan kami yang hanya sebagai PRT migran karena di anggap pekerjaan yang tidak berketrampilan atau non formal. Semoga saja pernyataan JK tidak mewakili suara pemerintah Indonesia, tegas Sringatin
Kemiskinan di desa tidak pernah dilihat oleh JK dan pemerintah Indonesia sebagai suatu kenyataan yang masih eksis hari ini dan semakin akut. Pemerintah hanya melihat peluang bisnis dan keuntungan dari tanah dan kekayaan sumber alam di pedesaan yang luas. Saya sebagai mantan BMI merasakan betul bagaimana hidup di desa tanpa memiliki tanah dan hanya bergantung pada pekerjaan serabutan, cerita Iweng yang pernah menjadi BMI di Hong Kong dan saat ini aktif mengorganisir mantan Buruh Migran dan Anggota keluarganya.
Kami tidak akan mau meninggalkan desa kami jika saja ada lapangan kerja yang menjamin masa depan kami dan anak-anak kami, Ungkap Iweng, ketua Keluarga Buruh Migran Indonesia ( KABAR BUMI) yang saat ini menetap di Jakarta.
JBMI menyerukan kepada seluruh anggotanya dan buruh migran lainya untuk terus menyuarakan ketidakadilan yang di alami jutaan buruh migran diluar negeri dan memperkuat organisasinya serta membangun persatuan yang kuat untuk membela nasib buruh migran dan anggota keluarganya.
Post a Comment