Apa Arti Sebuah Nama?
Poedjiati Tan - www.konde.co
Waktu kecil saya pernah bertanya ke mama saya, kenapa nama panggilan saya nyimuk? Lalu mam saya bercerita kalau saya tidak suka dengan nama panggilan saya dan minta dipanggil dengan nyimuk. Saya berusaha google ap arti dari nyimuk tapi nggak dapat jawaban yang tepat. Kalau dari kata orang-orang artinya enak. Setiap orang tua yang baru mempunyai anak pasti akan memilih milih nama-nama yang sesuai dengan keinginan mereka. Ada yang penggabungan nama suami dan istri. Tetapi ada juga yang menggunakan nama idola atau terinspirasi dari film. Ketika film ada apa dengan cinta lagi ngetop, banyak orang tua yang menamai anaknya rangga atau cinta. Atau menggunakan nama tokoh sineteron seperti Intan. Kalau orang tuanya mengidola penyanyi tak jarangnya diberi nama penyanyi yang lagi ngetop, seperti Kridayanti, Agenes Monika. Bahkan di desa banyak sekali nama-nama yang kebarat-baratan seperti Jenifer atau Edward.
Nama dipercaya juga sebagai doa orang tua atas anak yang baru lahir. Nama bukan hanya sebuah identitas seseroang atau sebagai pembeda antara seseroang. Nama kadang juga menyangkut sebuah budaya atau kesukuan. Dengan nama kita bisa mengetahui budayanya, sukunya atau asalnya. Misalnya orang Batak, Menado, Papua, Bali. Bahkan dari nama kita juga bisa mengetahui kastanya seperti di Bali, Jogjakarta, Solo, dan lain lain. Di budaya keturunan Tionghoa memberikan nama adalah suatu hal yang penting karena harus sesuai dengan beberapa akidah yang telah diturunkan dari generasi ke generasi. Orang Cina selalu menggunakan tiga kata dalam memberikan nama. Pertama untuk Marga, Kata kedua adalah keluarga dan ketiga adalah nama dirinya. Contoh nama kakak saya adalah Tan Tiong Bing, Tan adalah marga keluarga Ayah, Tiong diberikan untuk semua anak laki-laki di keluarga besar kami, semua sepupu laki-laki nama tengahnya selalu ada Tiong, dan Bing adalah namanya. Pemberian nama harus dilihat garis keturunan nenek moyangnya, siapa yang sudah menggunakan nama tersebut, jam lahir, shio, laki-laki atau perempuan. Bahkan ada yang percaya bila nama yang diberikan tidak cocok (Chiong) maka si anak akan menjadi sakit-sakitan, dan namanya harus segera diganti.
Nama tidak hanya menyangkut budaya saja tetapi juga politik. Kita tentu masih ingat bagaima di Tahun 1966 Pemerintah mengadakan pelarangan segala sesuatu yang berbau China dan akan disangkutkan dengan Komunis atau PKI. Sejak 27 Desember 1966, keturunan Cina di Indonesia ‘diminta’ untuk berganti nama. Peraturan ganti nama tersebut tertuang dalam Keputusan Presidium Kabinet Ampera No 127/U/Kep—12/1966 tentang ‘Peraturan ganti nama bagi warga negara Indonesia jang memakai nama Tjina,’ yang ditanda tangani oleh Djenderal T.N.I Soeharto, sebagai Ketua Presidium. Meskipun itu hanya anjuran tetapi semua orang keturunan Tionghoa berbondong-bondong menggantikan namanya. Bahkan ketika saya mengurus paspor pada tahun 90an masih harus membawa ganti nama papa saya padahal orangnya sudah meninggal.
Selain budaya dan politik Nama juga kadang dikaitkan dengan keagamaan. Seperti agama Katolik yang memiliki nama baptis yang dipilih dari nama Santa atau Santo. Ada juga yang memberikan nama seperti nama Nabi atau dengan nama Dewa-dewi yang mereka puja. Kalau kita ke Amerika Latin kta akan menjumpai banyak sekali orang yang menggunakan nama Jesus atau Maria.
Nama juga seringkali dikaitkan dengan gender. Kita tahu pemberian nama dibedakan oleh jenis kelamin, antara anak laki-laki dan anak perempuan. Pemberian nama yang sesuai dengan jenis kelamin dan harus berperan sesuai dengan peran gender dari nama yang disandang. Peran gender yang harus sesuai dengan nama membuat teman-teman waria selalu mengganti namanya dengan nama perempuan dan kadang itu membuat mereka lupa ketika mengurus sesuatu dan harus sesuai KTP. Ada beberapa teman waria yang bisa mengganti namanya agar sesuai dengan yang dinginkan. Dan ini juga dilakukan oleh teman-teman transmen atau priawan.
Bagi perempuan yang sudah menikah identitas nama ini bisa menjadi hilang. Orang yang sudah menikah tak jarang jadi menggunakan nama suaminya. Misalnya nama sebelum menikah Ratna Soesastro menikah dengan Didik Yudhoyono, maka namanya menjadi Dini Yudhoyono. Di lingkungan diapun akan dipanggil dengan nama Bu Didik mengikuti nama suaminya. Saya tidak pernah menemui lak-laki yang menggunakan nama istrinya atau dipanggi dengan nama istrinya, misalnya Pak Ratna.
Nama bukanlah hanya sekedar nama seperti kata Willian Shakeperas "apalah arti sebuah nama". tapi nama adalah identitas yang kadang juga menjadi politik menunjukan kekuatan atau kekuasaan, kelas atau status dan juga melihat Trah, Dinasti, Wangsa atau klan seseorang. Dan di balik sebuah nama selalu ada cerita yang menyertai dan menjadi bagian dari perjalanan serta sejarah bagi orang yang menyandangnya.
Post a Comment