Sekolah PRT, Ruang Belajar untuk para PRT
Poedjiati Tan – www.konde.co
JALA PRT terbentuk pada tanggal 11 Juli 2004 yang terdiri dari 26 lembaga swadaya masyarakat dan individu. Selain memperjuangkan kerja layak bagi PRT melalui pengesahan undang-undang PRT dan ratifikasi Konvensi ILO 189. Mereka juga melakukan pendidikan tentang hak-hak PRT dengan melakukan edukasi melalui sekolah PRT.
Apakah itu sekolah PRT dan apa saja kegiatan yang dilakukan disana? Berikut wawancara Poedjiati Tan dari Konde.co dengan Koordinator Nasional JALA PRT Lita Anggraini:
Sejak kapan sekolah PRT ini berdiri?
Sekolah PRT sebetulnya secara umum dimulai di Jogjakarta. Pada Juli 2013 RUMPUN Tjoet Njak Dien bersama SPRT Tunas Mulia mendirikan Sekolah PRT sebagai bagian dari pengorganisasian dan advokasi PRT untuk mewujudkan perlindungan PRT.
Setelah berjalan, maka JALA PRT bersama anggotanya di berbagai wilayah di Indonesia ingin mengembangkan Sekolah PRT. Ini dilakukan di berbagai kota agar semakin banyak PRT bisa mengakses pendidikan alternatif dan mengiorganisir diri berorganisasi dan bergerak untuk advokasi bersama.
Salah satunya yaitu ada Institute SPDPRT sapulidi yang kemudian mendirikan sekolah PRT Sapulidi yang berdiri 7 Oktober 2010. Ketika itu pendiriannya dilakukan untuk memperingati Hari kerja Layak Dunia. Sekolah ini kemudian dilakukan baik dengan bertemu maupun secara virtual atau menggunakan teknologi internet.
Apa tujuan dan harapan diadakan sekolah ini?
Sekolah - Institut Sapulidi ini didedikasikan kepada kawan-kawan PRT. Tujuannnya sekolah ini bisa menjadi forum untuk belajar berbagi dan bekerja bersama dengan siapapun untuk perjuangan PRT pengakuan dan pemenuhan penghormatan perlindungan PRT sebagai PEKERJA RUMAH TANGGA. Dari soal keahlian pengorgnaisasian berserikat advokasi hingga keahlian kerja.
Kawan-kawan PRT memiliki kekayaan pengetahuan dan pengelaman yang tak terhingga yang harus dibagi dan saling menginspirasi. Banyak sekali temuan dalam pekerjaan dan perjuangan yang bisa menginspirasi. Dan sekolah menjadi pertemuan baik secara virtual atau darat untuk saling berbagi.
Sekolah ini juga memuat materi tentang pengorganisasian, berorganisasi, berserikat dan advokasi dengan tujuan untuk memunculkan dan mengembangkan para PRT pemimpin organiser yang melakukan kerja-kerja pengorganisasian, menjalankan serikat dan beradvokasi. Para PRT pemimpin dalam berbagai konteks sebagai perempuan, manusia, warga negara pekerja, menjadi bagian dari gerakan ham gerakan buruh, gerakan perempuan dan gerakan sosial.
Sekolah ini diharapkan menjadi model untuk pendidikan alternatif untuk PRT dan bisa diakses dan bisa direplikasi oleh siapaun dan dimanapun.
Apa saja kendala yang dihadapi dalam pengelolaan sekolah PRT?
Kendala sekolah PRT terkait dengan situasi PRT yang sampai sekarang masih sangat terbatas aksesnya untuk Sekolah. Biasanya dari segi waktu, tempat dan media. Karena mayoritas PRT bekerja dan bahkan tinggal bersama majikan yang situasinya masih ditentukan oleh majikan. Soal ijin yang ditentukan majikan, waktu libur yang ditentukan majikan.
Kendala lain adalah soal fasilitas terbatas sementara peserta banyak dan beragam keinginan. Oleh karena itu harus dibahas bersama, mana yang menjadi prioritas. Dan justru keterbasan ini harus diolah untuk memunculkan kreativitas mengatasi keterbatasan.
Bagaimana dampak sekolah ini untuk para PRT di Indonesia?
Terkait dengan materi tentang pengorganisasian berserikat dan advokasi ada berbagai tingkatan dampak. Kawan-kawan PRT menyadari dan mulai bersikap dalam berbagai konteks sebagai pekerja, perempuan, warga negara manusia yang masing-masing memiliki hak yang harus diperjuangkan bersama. Kawan-kawan mulai bisa bersikap dari mulai lingkungan terkecil dalam keluarganya hingga dalam kerja dan lebih luas dalam berjejaring.
Yang kedua, kawan-kawan PRT mulai bisa menyampaikan informasi dan bernegosiasi mengenai apa yang menjadi persoalan dan kebutuhannya baik dengan suami, keluarga, sekitar, majikan, dan yang lebih luas yaiutu masyarakat. Misal PRT bernegosiasi dengan suami untuk aktif berorganisasi dan menjadi pekerjaan rumah tangga.
Yang kedua, kawan-kawan PRT mulai bisa menyampaikan informasi dan bernegosiasi mengenai apa yang menjadi persoalan dan kebutuhannya baik dengan suami, keluarga, sekitar, majikan, dan yang lebih luas yaiutu masyarakat. Misal PRT bernegosiasi dengan suami untuk aktif berorganisasi dan menjadi pekerjaan rumah tangga.
Demikian pula dengan majikan, PRT mulai bernegosiasi dengan majikan tentang hak-haknya, seperti libur mingguan, libur nasional, upah dan kenaikan , jaminan sosial, seperti jaminan kesehatan, hak berorganisasi. Mayoritas kemudian melakukan negosiasi dan mayoritas berhasil. Meskipun tentu tidak mudah. Misal mayoritas sekarang sudah mendapatkan libur mingguan dan bahkan libur nasional, mulai dengan perjanjian kerja tertulis, berorganisasi meski pada awalnya banyak majikan yang tidak setuju, dan ada yang kemudian mendapat jaminan sosial, jaminan kesehatan.
Artinya ada perubahan situasi kerja pada kawan-kawan PRT yang bersekolah dan berorganisasi. Dan ketika mereka mengalami kasus kekerasan seperti PHK dari majikan mereka langsung melapor dan kemudian didampingi dan memenangkan gugatan.
Dan tentu saja diantaranya ada juga yang belum berhasil namun hal tersebut menginspirasi yang lain untuk terus bergerak dan tidak diam bila ada pelanggaran.
Apakah sekolah ini diadakan di Jakarta saja atau juga dilakukan di daerah-daerah?
Sekolah PRT ada di beberapa daerah selain Jakarta, seperti Di Jogjakarta, Semarang, Makasar, dan Lampung. Di Jakarta: Sekolah IPDPRT Sapulidi dan JALA PRT bersama anggotanya melakukan Sekolah PRT, di wilayah Jakarta Selatan: dengan Mitra ImaDei, di Tebet bersama RUMPUN Gema Perempuan di Kemuning dan Pamulang, Sekolah PRT di Jogjakarta bersama SPRT Tunas Mulia dan KOY, di Makassar bersama FPMP dan bersama DAMAR di Lampung, ada juga di Semarang bersama SPRT Merdeka.
Bagaimana cara membagi peserta yang begitu banyak untuk belajar?
Anggota SPDPRT Sapulidi ada 572 dengan 465 anggota aktif. Mereka bersekolah di Sekolah Institut PRT Sapulidi bekerja sama dengan JALA PRT. Tentu saja tidak mungkin semua berkumpul dan langsung bersekolah bersamaan.
Karena itu kami membagi Sekolah untuk 3 Komperata (Komunitas Pekerja Rumah Tangga) dan kemudian perkomperata membagi dalam setiap Tim 10. Jadi yang datang bersekolah ada para pengurus Komperata dan para Ketua Tim 10. Kemudian mereka mengadakan pertemuan untuk meneruskan dari Sekolah ke anggota Tim 10.
Jadi strateginya: pengurus komperata dan TIM 10, belajar ke sekolah pusat lalu mentransfer ke TIM 10 dan sekolah pusat. Metode kami juga ada Sekolah via Whatsapp mingguan bersama JALA PRT. Kemudian setiap operata/SPRT bergiliran menjadi pembicara dan moderator.
Apa kemajuan dan kemunduran dalam perjuangan PRT?
Kalau berbicara tentang perjuangan PRT. Dari segi legislasi adalah kemunduran karena sampai sekarang RUU PPRT dan Konvensi ILO 189 belum dibahas dan bahkan sering dimentahkan dari priorotas prolegnas. Dari segi perubahan dan gerakan, bertambahnya PRT yang berorganisasi dan ambil bagian dalam perjuangan PRT.
foto : koleksi SPDPRT Sapulidi
Post a Comment