Multitasking is Nothing
Sica Harum – www.konde.co
Dan kini sebagai perempuan, saatnya mulai belajar bilang ‘enggak’.
Ada orang yang selalu bersemangat untuk meng-iya-kan semua tawaran yang datang pada dirinya. Tapi lupa, ia cuma punya tenaga dan waktu yang serba terbatas. Haha. Iya, itu saya banget, perempuan yang bekerja dalam bidang tulis-menulis, publikasi dan perbukuan, di tengah-tengah tumpukan kertas-kertas setiap harinya.
Diajakin ngapain aja, cenderung bilang hayok. Lalu saat waktunya ngerjain, baru deh ngeh betapa padatnya daftar tugas akibat janji sebelumnya. Mau di-drop, malu. Dikerjain, enggak ada waktu.
Ada dua alasan yang biasanya bikin saya menyanggupi. Yang pertama karena penawarannya yang seru, entah jenis aktivitas atau bayarannya memang menarik banget. Yang kedua, karena orang yang menawarkan, memang super baik dan manis. Ini tipe orang yang bisa bikin orang lain ngerjain apa maunya tanpa merasa keberatan, meski akhirnya ngerasa jadi ‘korban’. Cuma, saya jarang kena nih sama yang beginian. Mau sebaik apa dan semanis apapun orangnya, saya masih bisa ‘jaga jarak’.
Saya lebih sering ‘terjebak’ atas penawaran yang memang menjanjikan pengalaman, tantangan atau jejaring baru. Biarpun ditawari oleh orang yang enggak seru-seru amat, atau mungkin malah ditawari oleh orang yang belum dikenal, bisa tuh langsung nyamber.
Dan seharian kemarin, baru kerasa banget.
Kemarin ialah satu hari dimana notifikasi whatsapp menumpuk lebih dari 20an orangyang menuntut perhatian, saat ponsel didiamkan 20 menit saja. Mau menjawab yang mana dulu saja, sudah keder.
Yang bikin parah, semua meminta perhatian seputar produksi barang. Buku yang harus dicetak, proposal yang harus dikirim, naskah yang harus dibuat. Semua berurusan dengan tenggat. Artinya, butuh waktu buat memproduksi semua itu, bukan sekadar nyiapin isi kepala buat bahan ngecap.
Secepat-cepatnya cetak buku, ya enggak mungkin juga 100 eksp beres dalam hitungan satu jam toh. Enggak mungkin dadakan. Apabila terburu-buru, kesalahan fatal bisa terjadi. Jika sudah begitu, rugi uang dan waktu.
Dan saat jeda singkat sehingga bisa diam sesaat, saya sadar, apa yang terjadi kemarin bersumber pada satu hal: gak bisa nolak penawaran di awal. Terutama dalam hal waktu. Main iya aja saking bersemangat.
Menjadi orang dengan antusiasme berlebihan kadang-kadang membawa kita masuk ke jejaring baru, dan kesempatan baru. Pe er-nya ialah gimana cara biar semua delivered. Bisa dengan punya tim yang siap mengeksekusi semua akibat dari ‘hayok’ itu. Atau jika tidak, ya sesimpel bilang, sorry I can’t.
Dan itulah pe er orang gengsian.
Rasanya malu banget kalau bilang I can’t.
Padahal bilang ‘can’ juga berisiko over promised.
Begitu.
Jadi sekarang mestinya :
1. Belajar bilang enggak kalau penawaran yang datang berpotensi sebagai distraksi bukan kesempatan yang betul-betul ‘wah’.
2. Membesarkan tim yang sudah ada sekaligus meningkatkan efisiensinya agar semakin liat bergerak.
Sebab sudah semakin terbukti, multitasking is nothing. Sebab dengan begitu, pada akhirnya semua jadi sebatas agar tak lewat tenggat. Padahal, sudah saatnya nge-treat tiap produk bisa jadi masterpiece.
#
Post a Comment