Toleransi dan Perdamaian Perempuan
Luviana – www.Konde.co
Setiap Tanggal 16 November dunia memperingati hari toleransi internasional. Ini adalah sebuah hari dimana di tahun 1995 lalu organisasi internasional PBB, UNESCO mendeklarasikan hari toleransi. Di tahun itu dimulailah promosi semangat toleransi dan perdamaian dunia.
Irina Bokova, Direktur Jenderal UNESCO misalnya menuliskan bahwa dalam dunia keragaman, toleransi merupakan prasyarat untuk perdamaian. Ini juga merupakan tugas untuk pembangunan berkelanjutan, karena mendorong pembangunan masyarakat yang lebih inklusif dan dengan demikian lebih tangguh, mampu menarik pada ide-ide, energi kreatif dan bakat masing-masing.
Toleransi sering merupakan ide dari dan bagi kelompok minoritas, sebuah kelompok yang terancam. Di banyak negara di dunia misalnya hal ini muncul karena adanya doktrin penolakan terhadap minoritas.
Bokova mencatat hal ini banyak terjadi ketika terjadinya krisis migrasi, situasi tragis pengungsi dan konflik bersenjata yang digunakan sebagai alat untuk menyiapkan kebencian pada yang lain, stigma pada minoritas yang kemudian melegitimasi diskriminasi. Ada kenaikan sikap rasis dan stereotipe dari agama dan budaya, sebagaimana dikatakan bahwa orang-orang yang berbeda tidak dapat hidup bersama.
“Yang harus dilakukan adalah mengembalikan kekuatan dan substansi dengan budaya toleransi. Kita harus kembali menekankan sejauh mana budaya yang diperkaya dengan saling tukar. Kita harus ingat fakta-fakta sejarah, mengingat bagaimana masyarakat dan identitas telah bercampur, melahirkan orang yang lebih kaya, budaya yang lebih kompleks dan dengan banyak identitas. Dari sinilah kita dapat menunjukkan bahwa tidak ada budaya yang pernah tumbuh dalam isolasi, dan keragaman merupakan sebuah kekuatan, bukan kelemahan. Kita harus mengatakan lagi bahwa toleransi tidak diterima secara naif atas perbedaan: itu adalah perjuangan untuk menghormati hak-hak dasar. Toleransi tidak relativisme atau ketidakpedulian. Ini adalah komitmen baru setiap hari untuk mencari dalam keberagaman untuk menyatukan manusia.”
Jadi yang diperlukan warga dunia menurut Bokova yaitu semua warga dunia untuk mengambil pesan ini, untuk membangun bersama-sama masyarakat yang lebih inklusif, lebih damai dan lebih sejahtera dan lebih toleran.
Perempuan, Toleransi dan Perdamaian
Dalam konsep feminisme misalnya, toleransi dan perdamaian merupakan basis perjuangan lingkungan perempuan mengenai reproduksi, kemiskinan, perang dan penyalahgunaan lingkungan yang merugikan perempuan. Para perempuan dalam perang misalnya, selalu terancam dengan kondisi ini, baik kondisi lingkungan perang maupun kondisi seksualitas mereka. Karena perempuan selalu dijadikan korban keganasan sebuah perang.
Teknologi perang dan eksploitase lingkungan merupakan ekspolitase seksual bagi perempuan yang akan membunuh politik reproduksi perempuan.
Ideologi perdamaian feminis kemudian menggantikan kekerasan dengan memberdayakan perempuan melalui peningkatan kesadaran perempuan.
Maka di hari toleransi inilah titik perjuangan kemudian dilakukan untuk toleransi nol terhadap seksualitas perempuan dan kesehatan perempuan. Tidak ada yang boleh mencampuri keputusan para perempuan terhadap seksualitasnya, terhadap kesehatan dan pilihan-pilihan perempuan atas tubuhnya.
Sumber:
http://www.unesco.org/new/en/unesco/events/prizes-and-celebrations/celebrations/international-day-for-tolerance/
http://www.un.org/en/events/femalegenitalmutilationday/
Post a Comment