Cerita Kekerasan yang Tak Kunjung Usai
Poedjiati Tan - www.konde.co
Beberapa hari lalu saya mendapat klien korban kekerasan dalam rumah tangga. Sebut saja Ani, semlam dia menginap di rumah sahabatnya bersama anak-anaknya, berusaha melarikan diri dari suaminya yang menghajar dia. Kejadian ini bukan yang pertama kali tetapi entah sudah berapa kian kali terjadi.
Suaminya tidak bekerja dan Ani sendiri harus berkeliling memberikan les mata pelajaran dari siang hingga malam. Kalau pagi dia mengantar jemput kedua anaknya yang masih SD, melakukan tugas rumah tangga. Sedangkan suaminya tidur hingga siang hari lalu keluar entah kemana dan pulang hingga larut malam.
Keluarga Ani dan keluarga suaminya tidak pernah tahu bahwa suaminya tidak bekerja dan dia yang mencari nafkah untuk keluarganya. Pernah dia pulang ke rumah orang tuanya ketika mengalami kekerasan tetapi orang tuanya malah memarahi dia karena dianggap kurang baik menjadi istri sehingga membuat suami marah.
Dia ingin sekali bercerai dengan suaminya tetapi dia selalu takut akan nasib dan masa depannya. Belum lagi agamanya melarang dia untuk bercerai. Pernah dia menceritakan hal ini ke Romo di gerejanya, dan Romo hanya memintanya bersabar dan berdoa agar suaminya berubah. Tetapi hingga kini suaminya tidak pernah berubah, bila meminta uang dan tidak diberi maka dia akan marah dan menghajar Ani hingga babak belur. Suaminya selalu mengatakan dia perempuan tak berguna, pembohong dan pembawa sial buat dia.
Menurut catatan tahunan Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) tahun 2017 kekeransan terhadap perempuan mengalami peningkatan. Pada ranah KDRT/RP kekerasan yang paling menonjol adalah kekerasan fisik 4.281 kasus (42%), menempati peringkat pertama disusul kekerasan seksual kasus 3.495 ( 34%), psikis 1.451 kasus (14%) dan ekonomi 978 kasus (10%).
Budaya patriarkhi yang menempat laki-laki lebih superior terhadap perempuan memang masih terus dilanggengkan. Kisah superioritas laki-laki telah ada sejak Alkitab dituliskan, bagaimana Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam dan ditugaskan untuk melengkapi dan membantu Adam. Serta bagaimana Hawa dipersalahkan karena membuat mereka berdua dikeluarkan dari Surga.
Patriarkhi sudah mengakar di segala kehidupan masyarakat, mulai dari sosial, ekonomi, hukum, politik dan pendidikan. Patriarkhi selalu dikonstruksi, dilembagakan dan dijalankan melalui institusi dan kehidupan masyarakat. Sehingga bila laki-laki lebih unggul dari perempuan akan dianggap sebagai yang alami dan kodrati, begitu pula dengan perempuan yang harus tunduk kepada suami.
Sehingga bila terjadi kekerasan dalam rumah tangga ada kecenderungan perempuan yang selalu dipermasalahkan. Bila dia meminta perlindungan kepada aparat atau otoritas maka akan ada kecenderungan untuk didamaikan dan pengkoreksian terhadap perilaku perempuan bukan laki-laki. Perempuan yang akan dilihat perilakunya selama menjadi istri. Apakah dia sudah melayani dengan baik dan benar terhadap suaminya? Apakah dia sudah melakukan tugasnya sebagai istri? Sedangkan perilaku kekerasan suami seringkali dicarikan alasan pemakluman kenapa dia melakukan itu.
Belum lagi bila terjadi perceraian maka stigma buruk selalu disematkan kepada perempuan. Beban status menjadi janda secara sosial lebih buruk daripada menjadi duda. Secara sosial status janda selalu memberikan kesan yang negarif terhadap perempuan. Belum lagi dorongan dari keluarga untuk segera menikah kembali terhadap perempuan selalu kuat. Perempuan dianggap tidak bisa mandiri, perlu dijaga dan dilindungi karena itu dia butuh suami.
Kekerasan terhadap perempuan tidak hanya fisik saja tetapi bisa juga kekerasan berbentuk verbal, caci maki terhadap istri, merendahkan istri, pembatasan ruang, gerak dan ekspresi istri di ruang publik, kekerasan secara emosi, psikologis dan terakhir kekerasan secara ekonomi.
Untuk mengatasi kekerasan terhadap perempuan tidak bisa dilakukan sendirian tetapi harus bersama-sama untuk mulai mengubah budaya itu. Dimulai dalam keluarga, Orang tua harus bisa melindungi anak perempuannya dari korban kekerasan dalam rumah tangga. Perempuan harus mulai berani untuk menghentikan kekerasan yang dialaminya. Laki-laki juga harus mulai mengubah cara pandangnya terhadapa kedudukan dan posisi istri dalam rumah tangga. Istri bukanlah pembantu atau pendukung suami saja tetapi mempunyai kedudukan yang setara dengan suami.
Kita semua bisa menghentikan kekerasan terhadap perempuan. Ayo bersama-sama hentikan kekerasan terhadap perempuan.
Post a Comment