Perkosaan bukan Bahan Becandaan
*Ruby Astari- www.Konde.co
Satu malam, saya pergi ke sebuah warung mie instan dan roti bakar. Saat itu memang sedang cukup ramai, sehingga butuh waktu agak lama untuk mendapatkan roti bakar cokelat favorit saya.
Malam itu, saya duduk di antara dua pengunjung yang kebetulan sama-sama menjengkelkan. Lelaki besar di samping kanan saya merokok sambil bercanda dengan teman-teman se-gengnya. Tidak masalah sih, namun nggak perlulah sampai harus heboh menggebrak-gebrak meja beberapa kali.
Sialnya, lelaki itu tidak peduli saat saya meliriknya dengan tatapan sinis, sambil berusaha memastikan teh hangat saya tidak tumpah oleh ulahnya. Apalagi, kaki mejanya juga sudah agak reyot. Dasar sial, lelaki itu malah balas melirik saya dengan ekspresi terganggu. Huh!
Di bangku yang lain saya juga mendengar bahwa perempuan juga menjadi bahan candaan:
“Jangan mau dateng sendirian ke rumah cowok itu kalo diundang. Ntar diperkosa, lho!”
Entah apa mereka sedang mengejek teman lelaki mereka. Yang pasti, saat itu juga saya gatal ingin langsung menegur:
“Pemerkosaan bukan bahan bercandaan!”
Sayangnya, saya bukan orang yang mudah mau ribut sama orang yang nggak dikenal, bahkan meskipun saya yakin saya benar.
Dengan miris saya harus menerima, bahwa masih banyak sekali manusia Indonesia yang tidak peka.
Motif perkosaan sebenarnya adalah relasi kuasa. Saya harap banyak yang mau lebih membuka mata, hati, dan berempati pada perempuan korban.
Cobalah mendengarkan cerita mereka tanpa interupsi. Kurangi menghakimi. Para perempuan korban adalah individu yang harus dibela.
Karena tidak ada yang minta diperkosa. Bayangkan anda dipaksa melakukan sesuatu oleh orang lain dengan ancaman dan hinaan, hanya karena mereka merasa bisa dan berkuasa.
Bayangkan tubuh, jiwa, pikiran, dan perasaan anda dijajah dan disakiti sedemikian rupa, hanya demi kesenangan mereka. Bayangkan perjuangan mereka untuk merebut hidup kembali. Transisi dari merasa malu, menuju rasa benci dan amarah hingga usaha berdamai dengan diri sendiri.
Jadilah manusia yang baik dengan tidak lagi menertawakan penderitaan sesama. Sekali lagi, jangan jadikan pemerkosaan, pelecehan seksual, dan isu kekerasan lainnya sebagai bahan bercandaan.
Buat yang berprofesi sebagai komedian, semoga bisa mencari topik yang lebih cerdas dan tidak menyakiti perasaan sesama. Saya tahu, profesi anda harus selalu punya bahan bercandaan yang up-to-date atau sebisa mungkin lebih kekinian.
Kalau sudah kehabisan bahan, mungkin bisa beralih profesi. Pasti juga sudah pada tahu ‘kan, pepatah ini?
“Diam saja bila tidak yakin bisa berbicara yang baik.”
(Foto/ Ilustrasi: Pixabay)
*Ruby Astari, Translator, blogger, author
Post a Comment