Zohra, Orkestra Perempuan Afganistan
Febriana Sinta – www.konde.co.
Konde.co- Zohra adalah orkestra perempuan pertama di Afganistan yang beranggotakan 30 musisi perempuan. Mereka yang tergabung di Zohra berumur 14 hingga 20 tahun.
Orkestra perempuan pertama ini dibentuk di sebuah Afganistan National Institute of Music (ANIM) yang terletak di Kota Kabul.
Musik yang mereka mainkan layaknya sebuah orkestra terkenal. Ada yang bermain piano, dan biola. Selain itu mereka juga memainkan alat musik tradisional seperti sitar, rebab, dan tabla. Mereka memainkan lagu – lagu klasik yang terkenal dari Beethoven hingga lagu tradisional Afganistan.
Para anggota orkestra Zohra merupakan anak-anak perempuan korban perang yang tidak mempunyai rumah, dan mereka juga yatim piatu. Di Afganistan, hingga tahun 2016 konfilk berkepanjangan akibat serangan Taliban dan ISIS mengakibatkan lebih dari 2.500 anak menjadi korban, 923 diantaranya meninggal dunia.
Ahmed Naser Sarmast, adalah orang yang membentuk orkestra ini. Tujuannya adalah ingin menghidupkan dan melestarikan musik tradisional yang mulai menghilang selama terjadinya perang di negara tersebut.
Namun bermain musik di ANIM tidak semudah yang dibayangkan. Pengamanan sekolah sangat ketat karena selama Taliban berkuasa, ada larangan untuk bermain musik . Dan kini larangan itu masih dipertahankan masyarakat muslim yang konservatif. Saat belajar musikpun terkadang anak-anak tidak dapat bermain dengan tenang, kabar keluarga mereka yang dibunuh atau diculik juga sering terjadi.
Keinginan Bermusik yang Sulit Bagi Perempuan
Selain itu, keinginan anak perempuan untuk belajar di sekolah musik sangat jarang terwujud. Di beberapa wilayah di Afganistan mengharuskan anak perempuan hanya dapat sekolah selama lima tahun, setelah itu mereka dipaksa menikah di usia yang sangat muda.
Salah satunya dialami oleh Negin Khpolwa. Negin Khpolwa adalah pemimpin orkestra Zohra. Perempuan yang berusia 18 tahun ini, harus berpisah dengan keluarganya untuk menjadi musisi.
Keluarganya tidak memperbolehkan Negin sekolah, karena akan dinikahkan. Namun ayahnya yang juga seorang musisi membawa Negin ke ANIM. Bahkan saat pulang ke rumah, Negin hampir dipukul oleh paman dan kakaknya. Alasannya mereka malu saat melihatnya bermain musik di televisi.
Untuk membawa alat musik mereka pun harus berhati-hati. Alat musik yang mereka bawa harus menggunakan mobil dan disembunyikan di bagasi atau di bagian bawah mobil. Jika terlihat, maka mereka dapat dibunuh. Bahkan di tahun 2014 guru mereka, Sarmast, hampir tewas akibat bom saat mereka mengadakan pertunjukkan di sekolah Perancis di Kabul.
Pada tahun 2017, anak–anak perempuan ini mendapatkan sebuah penghargaan Freemuse Award, atas kerja keras mereka menjadi perempuan muda yang berani, dan berdedikasi dengan melakukan terobosan baru namun tetap mempertahan tradisi.
Resensi :
1. http://feminist.org/blog/index.php/2017/03/15/afghanistans-first-female-orchestra/
2. http://kbr.id/asiacalling/06-2016/gadis_berani_di_balik_orkestra_perempuan_pertama_di_afghanistan/82127.html
3. https://www.google.com/amp/www.voaindonesia.com/amp/3297934.html
(Foto : www.pixabay.com)
Post a Comment