Kita Semua Berhutang pada Perempuan
*Clarisse Baniqued dan Annabs Sanchez- www.konde.co
Aku banyak berpikir tentang kiamat akhir-akhir ini. Tentang bagaimana persoalan ini akan dibawa oleh banjir besar, tentang serangan oleh kadal raksasa, robot pembunuh yang siap bertempur, pengambilalihan dari setan asing, atau vampir pembunuh feminis.
Tapi kondisi ini lebih buruk dari itu semua. Ini adalah sesuatu yang lebih mengerikan, lebih kejam, yaitu ketika pekerjaan yang dilakukan perempuan yang tak juga dibayarkan.
Data Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menunjukkan bahwa perempuan bekerja lebih lama daripada yang dilakukan laki-laki, yaitu rata-rata 30 menit sehari lebih lama di negara-negara maju, dan 50 menit lebih lama di negara berkembang.
Persoalannya, selama ini jam-jam dimana perempuan bekerja lebih lama ini kemudian tidak dibayarkan. Ini jelas menunjukkan bahwa stereotipe gender merupakan inti dari persoalan ini, yaitu perempuan menanggung beban pekerjaan yang tidak dibayar.
Sebuah laporan yang dikerjakan oleh McKinsey Global Institute di tahun 2015 memperkirakan bahwa di beberapa daerah seperti Asia Selatan (termasuk India) dan MENA, perempuan diperkirakan telah melakukan 80 hingga 90 persen dari pekerjaan perawatan dan pengasuhan di rumah yang tidak dibayar.
Misalnya perempuan selalu menghabiskan 3 jam lebih dalam sehari untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dan hingga sepuluh kali lebih banyak dalam merawat anak-anak, orang tua, dan orang sakit. Hal ini mereka lakukan di luar pekerjaan mereka di luar rumah. Hitungannya ada jam yang berjumlah sekitar $ 10000000000000 tahun (atau kira-kira setara dengan 13 persen dari PDB global) yang tidak dibayarkan pada perempuan.
Dan dengan angka seperti itu, tidak mengherankan berapa banyak sarjana percaya, bahwa jika semua perempuan berhenti, dan belum dibayar juga upah mereka seperti yang mereka lakukan pada pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak di rumah.
Namun, tanpa mengurangi pentingnya berbicara tentang kesenjangan upah, dari sini kita juga harus tahu bahwa perbincangan tentang pekerjaan yang tidak dibayar kepada perempuan seharusnya tidak dibatasi hanya untuk isu ekonomi/ keuangan saja, namun ada isu-isu lain seperti isu keadilan sosial, pekerja-pekerja keras seperti Pekerja Rumah Tangga (PRT) atau buruh migran yang harus mendapatkan penghargaan serupa.
Jadi jangan khawatir jika marah, nuklir dan raksasa atau vampir pembunuh feminis atau kiamat akan segera datang jika pekerjaan perempuan ini juga tidak dibayarkan dan juga tidak dihargainya kerja-kerja mereka di rumah.
Disadur dari:
http://www.isiswomen.org/index.php?option=com_content&view=article&id=1791:women-s-unpaid-work-and-the-apocalypse-re-imagined&catid=196&Itemid=449
Post a Comment