Header Ads

Surat dari Penjara: Tentang Rindu yang Meledak


*Anita- www.Konde.co

Hal yang akhirnya aku mengerti tentang merindu hanyalah tentang siapa yang memiliki hati sekuat baja agar tetap kuat menahan rindu yang hampir meledak.

Ini tentang hati yang terlampau sepi, yang hanya bisa diisi oleh laki-laki bernama “Dodo”. Aku pikir aku adalah perempuan kuat karena bisa menahan rindu untuk laki-laki yang sudah 4 tahun hilang.

Waktu dulu aku bilang aku jatuh cinta sama dia, aku berharap aku dan dia bisa selamanya bahagia. Dan ketika dia akhirnya memilih untuk berselingkuh di belakangku dengan perempuan lain dan memutuskan untuk pergi dari hidup aku, aku memutuskan untuk menunggunya kembali. Itulah yang selalu aku ingat tentang dia.

Bodoh? Iya, kadang aku merasa sebodoh itu, sebodoh orang yang pernah kutertawakan karena terlalu merindu. Setiap bercerita tentang Dodo, cinta pertamaku, aku seperti orang yang jungkir balik bodohnya. Tak jarang aku merasa seperti tersengat nyeri di hati setiap kali memikirkannya.

Sejak aku resmi jadi narapidana 4 tahun yang lalu, aku sudah tidak pernah bertemu dan melihat batang hidungnya lagi.

Khusus malam ini, setelah sekian lama tidak pernah berdoa tentang laki-laki, akhirnya aku memutuskan untuk memanjatkan doa untuk laki-laki bernama Dodo ini. Walau dalam hatiku yang lain, aku juga bertanya: doa-doa ini untuk apa?

Entah kenapa, setiap memikirkan laki-laki ini, selalu membuatku kembali memikirkan masa lalu dan akhirnya membuatku jadi bertanya-tanya tentang hidupku. Aku memikirkan tentang apa saja yang sudah kuraih, apa saja yang masih kuusahakan, dan apa saja yang sebaiknya kulupakan.

Bagian yang sebaiknya aku lupakan adalah: Dodo. Ia yang karena perselingkuhannya, membuatku marah dan akhirnya masuk penjara. Dia satu-satunya yang bisa membuat aku jatuh cinta, aku selalu menyadarinya, namun entah kenapa namanya belum hilang, selama 4 tahun ini.

Walau di penjara ini aku menyadari sesuatu bahwa rasa sayang kami tidak sebanding dengan perasaan kami yang berat sebelah. Puji Tuhan juga, akhirnya kami berpisah.

Aku yakin bahwa ini yang terbaik walaupun kenangan tentang dia masih membuatku sedih dan dadaku terasa sakit sekali.

(Goto/ Ilustrasi: Pixabay)

*Anita,
bukan nama sebenarnya, warga binaan.

Tulisan ini merupakan bagian dari #Surat atau Suara dari Balik Sekat Project, sebuah program pelatihan penulisan deskriptif yang dilakukan bagi para perempuan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) atas kerjasama LBH Masyarakat bersama 3 media perempuan www.Konde.co, www.Magdalene.co dan Jurnal Perempuan yang memberikan pelatihan menulis disana selama 8 minggu

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.