Header Ads

Madani Film Festival, Festival Film untuk Mendiskusikan Keberagaman


Jakarta, Konde.co- Sebuah festival film bertajuk “Madani Film Festival” diselenggarakan pada 21-27 Oktober 2019, di Jakarta.

Board festival, Hikmat Darmawan menyatakan bahwa festival ini diselenggarakan ketika dunia yang kita hidupi sekarang seperti semakin sukar mendamaikan iman dan ilmu. Agama menjadi hanya wilayah emosional, nalar rasional dianggap di luar (dan malah mengancam) agama. Fakta sukar dipercaya, dunia konon telah jadi semesta pasca-kebenaran (“post-truth”). Media dan media sosial kini jadi ajang pengerasan konflik horisontal.

Kehadiran film kemudian punya potensi jadi jembatan dalam sengkarut itu. Film bisa jadi media bagi percakapan gagasan-gagasan. Dunia-dunia para tokoh yang hidup di layar bisa dihadirkan dalam keberbagaiannya, sekaligus dihadirkan dalam sebuah bingkai yang akan dilihat oleh banyak mata penonton. Di dalam bingkai kamera, disorotkan ke layar, iman dan ilmu bisa didialogkan. Bioskop gelap, cahaya proyektor menyorot ke sebuah bidang putih, lalu sebuah dunia pun hidup.

“Dalam gelap, apakah kita mendengar bisikan ruh Karaeng Pattingalloang dan Habibie, tentang upaya mendamaikan segala yang berbeda dan bertentangan di luar sana? Festival Film Internasional Madani mengangkat tema “Reconcile” karena percaya bahwa yang berbeda dan saling menentang itu bisa hidup dalam sebuah bingkai damai dan hidup bersama,” Kata Hikmat Darmawan dalam pernyataan persnya.

Madani Film Festival diadakan untuk membawa semangat merayakan keberagaman masyarakat Muslim dunia di tiap penyelenggaraannya. Namun, tidak bermaksud menjadi eksklusif hanya untuk masyarakat Muslim saja, Madani Film Festival juga lagi hadir untuk merayakan keberagaman, merayakan kemanusiaan.

Direktur festival, Sugar Nadia mengatakan bahwa untuk tahun ini Madani Film Festival mengerucut pada tema besar “Reconcile” atau “Rekonsiliasi”. Dalam bahasa Indonesia, kata ini sering dipadankan dengan kata “perdamaian” atau “penyatuan kembali”. Disadari atau tidak, perseteruan atau konflik yang dialami bangsa kita akhir-akhir ini membawa kita menjadi masyarakat yang terpecah-pecah.

Harapannya, festival film ini menjadi makna “Rekonsiliasi” dapat menjadi kontemplasi dalam pikiran kita.

Madani Film Festival 2019 diselenggarakan atas kolaborasi antara grup penerbitan Mizan dan Pabrikultur. Festival ini menghadirkan Akram Shibly, seorang pembuat film dari Amerika Serikat. Akram Shibly selalu bergulat dengan ketegangan kultural sebagai seorang keturunan Syria dengan kenyataan hidup di Amerika yang sangat beragam. Akram bukan hanya menampilkan suara generasi muda muslim Syria, tapi juga suara generasi muda Amerika lewat karya-karya filmnya.

Madani Film Festival 2019 juga dibuka dengan sebuah film dari Mesir, Yomeddine (Judgement Day) karya Abu Bakr Shawky. Karya ini terpilih sebagai nominasi utama Palme d’Or dalam Cannes Film Festival 2018, dan memenangi Françoise Calais Prize. Adapun film penutup pada 27 Oktober 2019 mendatang adalah 3 Faces, karya terbaru sutradara terkenal Iran, Jafar Panahi, yang juga terpilih dalam ajang Cannes Film Festival 2018 dan memenangi penghargaan untuk skenario terbaik.

Beberapa film lain yang diputar antaralain film Uang Panai karya Asril Sani & Halim Gani Safia, Jack karya M. Ainun Ridho, Pomegranate is the Fruit of Paradise karya Teymour Ghader, Rong karya Kelik Sri Nugroho, juga film Voice of the East, Marry Mother, Reporter Suspended karya Salam Yahya, Sanabel Al-Hut, & Rinad Naser, Papua Calling, juga ada acara launching buku“Mencari Film Madani: Sinema dan Dunia Islam” oleh Ekky Imanjaya dengan pembicara Haidar Bagir & Inaya Wahid.

(Foto: madanifilmfest.id)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.