Header Ads

Tak Pantas Menjadikan Perempuan Hamil sebagai Bahan Lelucon


*Ruby Astari- www.Konde.co

Saya selalu menggerutu dan marah ketika melihat perempuan yang hamil lalu dijadikan bahan lelucon. Sungguh dua kejadian yang mentertawakan perempuan yang hamil ini sama sekali tidak lucu:

1. Kejadian di Angkutan Umum

Kejadian ini dialami oleh teman saya yang sedang hamil anak kedua. Waktu itu, dia naik transportasi publik. Karena sedang penuh, semua kursi terisi oleh penumpang lain. Teman pun memberitahu petugas mengenai kehamilannya pada kondektur bis.

“Permisi,” panggil kondektur. “Ada kursi kosong? Ada yang hamil, nih.”

Entah kenapa, mendadak seorang penumpang laki-laki langsung nyeletuk hingga beberapa penumpang lainnya tertawa:

“Kalo yang menghamili, ada nggak?”

Hal-hal seperti ini selalu membuat naik pitam. Para perempuan yang mendengarnya ingin sekali marah. Geram.

2. Kejadian di Pekerjaan

Atasan di kantor saya meminta saya mencarikan brand ambassador untuk maternity product klien kami. Dengan memanfaatkan banyaknya grup Whatsapp, saya meminta tolong pada para anggota, salah satunya di grup teman-teman lama. Namun bukannya langsung dibantu (atau minimal bilang tidak ada saja kalau memang tidak kenal calon potensial untuk jadi brand ambassador), teman-teman lama malah bercanda. Bahkan, ada seorang teman laki-laki yang bercanda:

“Ada, tapi sebentar ya...gue hamilin dulu.”

Satu grup tertawa. Saya sendiri akhirnya merasa hanya buang-buang waktu saja jika meminta tolong mereka. Bukannya tidak suka bercanda, tapi saya tidak mau mentolerir sikap yang melecehkan ini.

Apa sih, yang lucu dari ‘menghamili perempuan’? Kenapa tertawa ketika berpikir hal itu?. Saya yakin, kalo kedua laki-laki tadi saya tanya gitu, pasti mereka tidak bisa menjawab.

Paling mereka akan bilang, “Bercanda, gitu saja, serius amat.”

Atau paling tidak, saya kemudian dituduh baperan dan diminta biasa saja, tidak usah galak-galak amat alias nge-gas.

“Belum hamil saja sudah sensi gini. Gimana entar kalau lagi hamil?”

Padahal saya yakin mereka sudah tidak perlu dikasih tahu lagi kalau hamil ini merupakan perkara serius. Ini bukan soal pembuktian bahwa laki-laki yang menghamili mereka, tapi ini perubahan drastis dalam setiap aspek kehidupan mereka sebagai perempuan dan manusia.

Laki-laki yang justru tidak pernah mengalami semua hal di atas mengapa malah menjadikan pengalaman menghamili perempuan sebagai bahan bercandaan? Gaya becanda seperti ini sudah tidak bisa ditelorir. Dahulu banyak yang mendiamkan, tetapi saya berpkir jika hal seperti ini didiamkan, apa jadinya perempuan?

Saya yakin, yang hobi bercanda soal menghamili perempuan sebenarnya sudah tahu bahwa ada nyawa yang dipertaruhkan di sana. Ya nyawa calon ibu, ya nyawa janin di kandungan. Tapi, mereka tidak paham bahwa hal-hal seperti tidak boleh dijadikan bahan bercanda. Jika hal seperti ini menjadi bahan bercanda, ini akan menular ke perilaku mereka yang lain. Misalnya tidak respek pada kondisi perempuan, dan yang lebih fatal tidak respek pada kondisi tubuh perempuan. Karena kebiasaan buruk dan melecehkan yang dibiarkan akan berakibat banyak pada pelecehan berikutnya di kemudian hari.

*Ruby Astari, sehari-hari bekerja sebagai translator dan author. Ia juga seorang blogger dan banyak menulis sebagai bagian dari ekspresi dirinya sebagai perempuan.

(Foto/Ilustrasi: Pixabay)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.