Cerita 3 Perempuan Pencipta Perubahan Ekonomi
Marnah punya hobi memasak sejak dulu. Namun, ia tak pernah membayangkan jika kemudian bisa menjadikan hobinya ini sebuah pekerjaan yang menjanjikan. Selain Marnah, 2 perempuan lainnya yang mengalami jatuh bangun dalam membangun kemandirian ekonomi keluarga adalah Turmini dan Suyamti. Ketiganya, kemudian mendapatkan penghargaan sebagai perempuan pencipta perubahan karena kegigihan usaha mereka.
*Aprelia Amanda- www.Konde.co
Jakarta, Konde.co- Marnah memulai hobinya dengan mencoba usaha rumahan yaitu dengan membuat jasa boga dan rempeyek sejak tahun 2002.
Mula-mula, ia membuat rempeyek dan ditawarkan ke tetangga-tetangga, dan ternyata tetangganya banyak yang suka. Ia juga sering membantu memasak di lingkungan tempatnya tinggal jika ada hajatan.
“Lambat laun rempeyeknya semakin banyak yang suka,” ujar Marnah yang ditemui dalam diskusi perempuan pencipta perubahan di Jakarta, pada 8 November 2019 dalam acara Unite for Education (UFE) Sustainably Forum 2019.
Setelah itu, Marnah merasakan banyaknya perubahan, yaitu mulai ada yang membeli untuk dikonsumsi sendiri atau dijual lagi. Ia pun merasa percaya diri untuk memasak dan menjualnya.
Marnah yang baru memulai usaha jualan juga mencoba usaha jasa boga yang perlahan-lahan bertambah ramai.
Usaha yang awalnya bertujuan untuk mencari tambahan biaya untuk menyekolahkan anaknya kini semakin besar. Marnah tidak hanya berhasil meningkatkan kesejahteraan keluarganya, menyekolahkan anaknya, tetapi juga berhasil membuka lapangan pekerjaan bagi perempuan-perempuan di lingkungannya.
Saat ini, setidaknya ada empat orang pekerja yang membantu Marnah dalam menjalankan usaha jasa boga dan rempeyeknya.
Marnah adalah 1 dari sejumlah perempuan pencipta perubahan yang diundang untuk hadir dan melakukan sharing dalam acara ini.
Selain Marnah, 2 perempuan lainnya yang mengalami jatuh bangun membangun kemandirian ekonomi adalah Turmini dan Suyamti. Ketiganya juga mendapatkan penghargaan sebagai perempuan pencipta perubahan karena kegigihan usahanya.
Tumini harus mengambil alih ekonomi keluarga ketika suaminya sakit diabetes. Padahal saat itu ia memiliki 3 orang anak yang masih sekolah.
Awalnya, ia membuka toko kelontong di rumahnya. Menjual berbagai kebutuhan sehari-hari. Namun, toko kelontongnya bangkrut dan ia juga terpaksa harus menjual rumahnya. Pada saat itulah ia merasa berada di titik nol hidupnya. Ia merasa apa yang dilakukannya selalu salah. Ia pernah merasa kalah.
Namun, Tumini tidak menyerah, ia bangkit kembali. Kali ini ia membuka usaha bakmi Jawa hasil racikannya sendiri. Dengan dibantu anaknya, ia kemudian berjualan bakmi yang kini sudah berjalan selama 6 tahun. Dari hasil berjualan bakmi itu, ia bisa meningkatkan pendapatan keluarga dan menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi. Kala itu , meskipun sempat ragu dan tidak percaya diri dengan masakannya, Tumini merasa bahwa ia tetap harus terus belajar dan memumpuk kepercayaan diri. Kini usaha bakminya semakin besar bahkan memiliki cabang di Wonosari, Gunung Kidul di Jogja.
Suyamti juga melakukan hal yang sama dengan Marnah dan Tumini. Ia membuka usaha jamu yang tujuannya untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Berkat usaha jamunya, ia dapat menyekolahkan anak-anaknya.
Marnah, Tumini, dan Suyamti merupakan 3 perempuan yang berhasil mendapatkan penghargaan Perempuan Pencipta Perubahan. Perempuan-perempuan yang terpilih adalah perempuan yang telah berperan penting dan terbukti menjadi agen perubahan dalam komunitas mereka.
Tahun ini merupakan tahun ke-11 Unite for Education (UFE) Sustainably Forum. UFE Sustainably Forum 2019 mengusung tema Perempuan Pencipta Perubahan tentang pentingnya perempuan dalam menggerakkan ekonomi bangsa.
Dipilihnya tema ini berangkat dari fakta bahwa peran perempuan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sangatlah besar. Berdasarkan Survei Ekonomi Nasional (Susenas) 2017, jumlah penduduk perempuan dan laki-laki hampir seimbang. Laki-laki sebanyak 50,24% dan perempuan 49,76%. Namun, jumlah yang berimbang tersebut tidak menggambarkan keseimbangan perempuan dan laki-laki dalam ekonomi.
Padahal, menurut McKinsey dalam laporan Women Metter: Time to Accelerate menyebutkan bahwa kontribusi angkatan kerja perempuan akan sangat signifikan dalam memengaruhi pertumbuhan ekonomi ke arah yang positif.
Melihat kondisi ini Permata Bank bekerjasama dengan Amartha memberi ruang diskusi dengan mengangkat kesuksesan sejumlah tokoh perempuan sebagai rangkaian dari Unite for Education (UFE) Sustainably Forum 2019. Sebagai wujud apresiasi kepada perempuan, dalam forum ini juga diberikan penghargaan Perempuan Pencipta Perubahan kepada 3 tokoh perempuan inspiratif ini yaitu Marnah, Sayumti dan Tumini.
“Kami berharap penghargaan ini bisa memberikan inspirasi dan dorongan bagi perempuan Indonesia lainnya, khususnya mereka yang juga menopang perekonomian keluarga, untuk terus belajar dan mengembangkan diri serta bisnisnya,” ujar Richele Maramis, Head Corporate Affairs Permata Bank.
*Aprelia Amanda, biasa dipanggil Manda. Menyelesaikan studi Ilmu Politik di IISIP Jakarta tahun 2019. Pernah aktif menjadi penulis di Majalah Anak (Malfora) dan kabarburuh.com. Suka membaca dan minum kopi, Manda kini menjadi penulis dan pengelola www.Konde.co
Post a Comment