Maria, Makna Natal Perempuan Feminis
Poedjiati Tan- www.Konde.co
Setiap jelang Natal, saya selalu mengingat cerita, buku-buku yang saya baca tentang Maria, ibu Yesus. Perempuan kuat, begitu saya selalu menyebutnya. Kisah Maria tentu membuat saya selalu teringat kisahnya ketika mengandung dan melahirkan Yesus.
Maria, putri Heli, adalah perempuan yang berasal dari suku Yehuda di Israel. Ia pertamakali disebutkan dalam Alkitab sehubungan dengan suatu peristiwa yang luar biasa.
Seorang malaikat mengunjungi dia dan mengatakan, ”Salam, hai, engkau yang sangat diperkenan, Tuhan menyertai engkau.”
Awalnya, Maria merasa gundah dan ”mulai memikirkan apa maksud salam itu”. Maka, malaikat itu memberi tahu bahwa dia telah dipilih untuk tugas yang luar biasa namun juga sangat serius, yakni mengandung, melahirkan, dan membesarkan Putra Allah.
Bayangkan bagaimana perasaan Maria, perempuan muda dan belum menikah, diberi sebuah tugas penting untuk mengandung dan melahirkan seorang anak. Bagaimana tanggapannya? Maria bisa jadi bertanya-tanya apakah ada yang akan percaya pada ceritanya. Tidakkah kehamilan seperti itu akan menyebabkan dia kehilangan cinta kasih Yusuf, tunangannya, atau mencoreng mukanya di mata masyarakat?
Sewaktu Maria memberi tahu Yusuf bahwa ia hamil, Yusuf berniat memutuskan pertunangan mereka. Pada waktu itu, keduanya pastilah merasa sangat tertekan. Alkitab tidak mengatakan berapa lama keadaan yang sulit itu berlangsung. Meskipun pada akhirnya Yusuf menerima dan bersedia menjadikan istrinya.
Bagi saya Maria adalah perempuan feminis pertama yang pernah saya baca kisahnya, yang berani menghadapi tantangan dengan kehamilannya. Maria kemudian hamil, melahirkan dan menghadapi ini sebagai tantangan.
Kelahiran Yesus sungguh suatu misteri, yang sangat sulit dipahami oleh akal dan pikiran kita yang terbatas ini. Untuk memahami kisah ini diperlukan banyak langkah, salah satunya membaca dalam kisahnya, melakukan interpretasi secara mendalam. Paling tidak ini yang saya lakukan selama ini.
Saya tidak bisa membayangkan bagaimana perjuangan Maria waktu itu. dia harus menghadapi semuanya seorang diri. Sebagai perempuan di jaman itu dengan budaya patriakhi yang masih sangat kental tidaklah mudah. Bahkan di jaman sekarang (jaman now) saja, perempuan hamil diluar nikah akan mendapatkan stigma dan hukuman sosial yang sangat kuat. Padahal bisa saja, perempuan yang hamil di luar nikah di jaman sekarang adalah perempuan yang hamil karena menjadi korban kekerasan seksual.
Seandainya Maria mengandung di masa sekarang dan Mahkamah Konstitusi (MK) menerima permohonan uji materi Pasal 284, Pasal 285, dan Pasal 292 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ( KUHP) maka tentu dia akan dihukum penjara lima tahun karena dianggap telah berbuat zina. Namun putusan MK sesungguhnya merupukan kelegaan karena ia menolak permohonan uji materi ini.
Sesungguhnya Natal tidak hanya kisah Yesus yang lahir di Betlehem, namun juga kelahiran Yesus melalui Maria yang berani untuk memutuskan sesuatu di tengah jaman yang tidak melazimkan hal ini.
Maria kemudian menjadi jalan untuk menyebarkan cinta kasih dan penyelamatan. Menyentuh hati manusia dengan kasih Yesus yang dilahirkannya dan menjadi pelayan bagi manusia lain.
Dan merayakan Natal bukanlah sekedar seremonial yang gegap gempita, apalagi mendatangkan ribuan umat merayakan Natal di Monas atau di tempat-tempat besar.
Tetapi bagaimana Maria, bisa melahirkan makna Natal, memberikan damai bagi diri sendiri, orang lain dan masyarakat, membagikan cinta kasih tanpa memandang apa agamanya, sukunya, jenis kelaminnya, kelas sosialnya atau apapun.
Merayakan Natal adalah memaknai Maria yang feminis, kelahiran Yesus yang sederhana penuh cinta kasih dan pengorbanannya untuk manusia. Agar kita bisa membagikan cinta kasih dan membuat dunia menjadi damai bagi seluruh umat manusia.
Selamat Natal untuk kelahiran Yesus, sekaligus merayakan Maria, seorang feminis muda yang menjadi jalan cinta kasih bagi manusia. Semoga damai selalu menyertai Bangsa Indonesia.
(Foto/ Ilustrasi: Pixabay)
Maria, putri Heli, adalah perempuan yang berasal dari suku Yehuda di Israel. Ia pertamakali disebutkan dalam Alkitab sehubungan dengan suatu peristiwa yang luar biasa.
Seorang malaikat mengunjungi dia dan mengatakan, ”Salam, hai, engkau yang sangat diperkenan, Tuhan menyertai engkau.”
Awalnya, Maria merasa gundah dan ”mulai memikirkan apa maksud salam itu”. Maka, malaikat itu memberi tahu bahwa dia telah dipilih untuk tugas yang luar biasa namun juga sangat serius, yakni mengandung, melahirkan, dan membesarkan Putra Allah.
Bayangkan bagaimana perasaan Maria, perempuan muda dan belum menikah, diberi sebuah tugas penting untuk mengandung dan melahirkan seorang anak. Bagaimana tanggapannya? Maria bisa jadi bertanya-tanya apakah ada yang akan percaya pada ceritanya. Tidakkah kehamilan seperti itu akan menyebabkan dia kehilangan cinta kasih Yusuf, tunangannya, atau mencoreng mukanya di mata masyarakat?
Sewaktu Maria memberi tahu Yusuf bahwa ia hamil, Yusuf berniat memutuskan pertunangan mereka. Pada waktu itu, keduanya pastilah merasa sangat tertekan. Alkitab tidak mengatakan berapa lama keadaan yang sulit itu berlangsung. Meskipun pada akhirnya Yusuf menerima dan bersedia menjadikan istrinya.
Bagi saya Maria adalah perempuan feminis pertama yang pernah saya baca kisahnya, yang berani menghadapi tantangan dengan kehamilannya. Maria kemudian hamil, melahirkan dan menghadapi ini sebagai tantangan.
Kelahiran Yesus sungguh suatu misteri, yang sangat sulit dipahami oleh akal dan pikiran kita yang terbatas ini. Untuk memahami kisah ini diperlukan banyak langkah, salah satunya membaca dalam kisahnya, melakukan interpretasi secara mendalam. Paling tidak ini yang saya lakukan selama ini.
Saya tidak bisa membayangkan bagaimana perjuangan Maria waktu itu. dia harus menghadapi semuanya seorang diri. Sebagai perempuan di jaman itu dengan budaya patriakhi yang masih sangat kental tidaklah mudah. Bahkan di jaman sekarang (jaman now) saja, perempuan hamil diluar nikah akan mendapatkan stigma dan hukuman sosial yang sangat kuat. Padahal bisa saja, perempuan yang hamil di luar nikah di jaman sekarang adalah perempuan yang hamil karena menjadi korban kekerasan seksual.
Seandainya Maria mengandung di masa sekarang dan Mahkamah Konstitusi (MK) menerima permohonan uji materi Pasal 284, Pasal 285, dan Pasal 292 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ( KUHP) maka tentu dia akan dihukum penjara lima tahun karena dianggap telah berbuat zina. Namun putusan MK sesungguhnya merupukan kelegaan karena ia menolak permohonan uji materi ini.
Sesungguhnya Natal tidak hanya kisah Yesus yang lahir di Betlehem, namun juga kelahiran Yesus melalui Maria yang berani untuk memutuskan sesuatu di tengah jaman yang tidak melazimkan hal ini.
Maria kemudian menjadi jalan untuk menyebarkan cinta kasih dan penyelamatan. Menyentuh hati manusia dengan kasih Yesus yang dilahirkannya dan menjadi pelayan bagi manusia lain.
Dan merayakan Natal bukanlah sekedar seremonial yang gegap gempita, apalagi mendatangkan ribuan umat merayakan Natal di Monas atau di tempat-tempat besar.
Tetapi bagaimana Maria, bisa melahirkan makna Natal, memberikan damai bagi diri sendiri, orang lain dan masyarakat, membagikan cinta kasih tanpa memandang apa agamanya, sukunya, jenis kelaminnya, kelas sosialnya atau apapun.
Merayakan Natal adalah memaknai Maria yang feminis, kelahiran Yesus yang sederhana penuh cinta kasih dan pengorbanannya untuk manusia. Agar kita bisa membagikan cinta kasih dan membuat dunia menjadi damai bagi seluruh umat manusia.
Selamat Natal untuk kelahiran Yesus, sekaligus merayakan Maria, seorang feminis muda yang menjadi jalan cinta kasih bagi manusia. Semoga damai selalu menyertai Bangsa Indonesia.
(Foto/ Ilustrasi: Pixabay)
Post a Comment