Media Menulis Perempuan
Luviana – www.Konde.co
Bagaimana media selama ini menuliskan tentang perempuan? Apakah benar, semua media meminggirkan perempuan?
Para feminis menyatakan bahwa selama perempuan masih dipinggirkan secara kultur, maka begitulah media akan menuliskan tentang perempuan. Lalu bagaimana media selama ini menuliskan tentang perempuan dikaitkan dengan kultur peminggiran yang melekat pada perempuan?
Sejumlah pengamat menuliskan bahwa perempuan dituliskan dengan berbagai perspektif di media. Yaitu perspektif normatif, konstruktif dan kritis.
Untuk menjawabnya tentu membutuhkan sebuah penelitian yang komprehensif. Namun secara sekilias, inilah yang selama ini banyak terjadi di media:
1. Secara normatif, dari pengamatan, kita bisa melihat bahwa perempuan masih dituliskan secara normatif. Yaitu: perempuan ditulis sebagai perempuan yang dianggap nakal jika pulang malam, perempuan dianggap tidak boleh memilih sesuai pilihannya seperti sebagaimana laki-laki. Karena itu perempuan harus tetap patuh pada norma.
Perempuan dalam konsep normatif mengidentifikasikan perempuan sebagai: orang yang harus hidup sesuai norma atau kultur masyarakat. Maka jika ada perempuan keluar malam, maka akan disebut sebagai perempuan malam. Jika memakai baju berbeda, maka akan dijuluki sebagai perempuan hot/ seksi. Jadi jika ia menjadi korban kekerasan seksual di jalan, maka secara normatif akan disebut sebagai orang yang salah, karena memakai baju seksi.
2. Kedua, Secara konstruktif. Teori konstruktif di media menyebutkan bahwa media sudah mulai mempertanyakan tentang kondisi perempuan. Misalnya, mengapa perempuan dituliskan sebagai perempuan nakal?, Mengapa perempuan diambil foto-foto yang mengetengahkan bentuk tubuhnya? Intinya teori ini sudah mulai mempertanyakan banyak hal tentang kondisi normatif atau kultur dan identifikasi media terhadap perempuan.
3. Ketiga, secara kritis. Teori kritis membongkar semua identifikasi tentang perempuan. Teori ini membongkar tentang kapan lahirnya identifikasi terhadap perempuan, apa latar belakang ekonomi politik atas identifikasi ini?. Apa kepentingan industri dalam identifikasi ini?. Dan siapa saja yang terlibat di dalamnya?.
Teori kritis berangkat dari pertanyaan: mengapa ada banyak hal yang tidak adil, dalam hal ini menimpa perempuan?. Beberapa tokoh yang mempelopori teori ini antara lain Karl Mark, Engels , George Lukacs, Korsch, Gramschi, Guevara, Regis, Debay, T Adorno, Horkheimer, Marcuse, Habermas, dll.
Teori ekonomi politik di media menyebutkan ada perlakuan kontrol terhadap elit penguasa yang melakukan dominasi ekonomi di media. Teori ini mengambil asumsi Marx tentang dominasi superstruktur yang kemudian banyak digunakan untuk melakukan kritik terhadap media yang bias.
Pertanyaan seperti: mengapa budaya kultur mendominasi media?. Apakah audience atau pembaca sadar dengan kekuasaan dari media ini?. Teori ekonomi politik ini adalah penggabungan untuk melakukan kritik terhadap superstuktur, kultur, media.
Walaupun kita tahu bahwa barus sedikit media yang menuliskan perempuan secara kritis, lebih banyak yang normatif, lebih banyak yang mengutamakan konsumen dan pasar, namun dari sini tentu kita tahu, bagaimana sebetulnya kita harus menuliskan tentang perempuan di media.
(Foto/ Ilustrasi: Pixabay)
Post a Comment