Alasan mengapa antrean di toilet perempuan lebih panjang dibandingkan laki-laki
Lisel O'Dwyer, Flinders University
Jika Anda seorang perempuan, maka Anda pasti pernah jengkel karena berdiri di antrean toilet yang panjang dan lambat sementara di saat yang sama melihat laki-laki bergantian keluar masuk dengan cepat.
Dan Anda sangat mungkin memiliki komentar yang sama dengan orang lain dalam antrean tersebut—"huh, mengapa selalu lama sekali sih!“.
Perempuan lebih mungkin mencuci tangan dan menggunakan pengering tangan dibandingkan laki-laki. Hal itulah yang menjadi alasan mengapa lebih banyak perempuan dalam area toilet secara umum. Namun bagaimana dengan bilik-biliknya?
Studi menunjukkan laki-laki menghabiskan sekitar 60 detik di toilet dan perempuan menghabiskan 90 detik—itu sekitar 50% lebih lama. Jika terdapat jumlah toilet yang sama bagi perempuan dan laki-laki, hal ini akan menyebabkan ketidakseimbangan antara jumlah orang yang masuk dan yang keluar dari toilet.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa perempuan perlu menghabiskan waktu lebih banyak di bilik toilet dibandingkan laki-laki.
Alasan biologis
Beberapa alasan mengapa perempuan membutuhkan waktu lebih banyak di toilet berkaitan dengan alasan biologis. Sekitar setengah dari populasi perempuan berada dalam usia menstruasi (antara 12 hingga 52 tahun) dan dari jumlah tersebut, setidaknya 20%-nya mengalami menstruasi pada saat yang bersamaan.
Pada saat menstruasi perempuan harus berurusan dengan fungsi tubuh tambahan selain alasan biasa dalam penggunaan toilet (buang air kecil atau buang air besar). Mengeluarkan pembalut atau tampon dari tas (atau menggunakan mesin penjual otomatis jika tersedia), membukanya, memasangnya dan membuang material yang telah digunakan, menambah panjang waktu yang dibutuhkan perempuan saat berada di dalam bilik.
Perempuan lebih mungkin memiliki kondisi kesehatan yang memaksa mereka untuk buang air kecil. Hal itu termasuk cystitis, sejenis infeksi saluran kemih yang disebabkan bakteri. Hal ini biasa dialami perempuan karena bakteri yang menyebabkannya memiliki jarak tempuh yang lebih pendek ke kantung kemih.
Baca juga:
Kerajinan tangan baik untuk kesehatan. Ini penjelasannya
Kondisi seperti itu juga mungkin memerlukan penggunaan alat bantu yang membutuhkan waktu yang sama untuk membuka dan membuang hal tersebut sebagaimana kebutuhan menstruasi. Kehamilan pada seluruh tahapannya juga menyebabkan kunjungan yang lebih sering ke toilet.
Pakaian dan desain
Pakaian perempuan cenderung menghabiskan waktu yang lebih panjang untuk dibuka, dilepaskan, dan diganti, untuk dapat menggunakan toilet posisi duduk standar di Barat.
Ide menggunakan lebih dari dua lapisan pakaian (dalaman dan luaran) mungkin benar-benar membingungkan bagi banyak laki-laki, tetapi perempuan sering memakai tiga atau lebih, untuk tujuan praktis ataupun mode (atau keduanya).
Lalu terdapat perhitungan desain toilet umum. Luas area toilet laki-laki dan perempuan mungkin sama. Namun urinoir untuk buang air kecil laki-laki membutuhkan ruang yang lebih sedikit dibandingkan bilik.
Jadi terdapat area yang lebih sedikit bagi perempuan untuk buang air kecil di toilet perempuan, yang berarti lebih sedikit perempuan yang bisa menggunakannya pada saat yang bersamaan.
Dan juga, urinoir di toilet laki-laki berarti lebih banyak orang yang bisa keluar masuk tanpa harus membuka pintu, menutupnya, menguncinya dan lalu membukanya kembali, atau mengelap dudukan toilet.
Meski terkadang laki-laki membawa tas, sebagian besar laki-laki tidak membawa banyak barang yang butuh digantungkan dengan aman di belakang pintu bilik toilet. Jadi mereka sudah memiliki tangan yang kosong dan tidak perlu untuk mencari tempat untuk menaruh barang.
Baca juga:
Bagaimana menjadi komuter setiap hari mengubah hidup Anda
Laki-laki bisa melakukannya di mana saja, sungguh
Dibandingkan laki-laki, perempuan memiliki kemungkinan lebih besar untuk menjaga anak kecil. Dan membawa anak kecil ke toilet bisa jadi suatu sebuah ekspedisi tersendiri.
Demikian pula, 81% perawat dan asisten pribadi yang dibayar (dan 60% dari perawat yang tidak dibayar) bagi orang yang membutuhkan bantuan untuk ke toilet adalah perempuan. Mereka bisa menggunakan bilik (dengan ruang yang sangat terbatas bagi dua orang) ketika fasilitas yang sesuai tidak tersedia.
Jika sedang bersama teman atau keluarga, perempuan akan seringkali mengunjungi toilet umum secara berpasangan atau dalam kelompok dibandingkan sendirian, tergantung lokasi dan waktunya. Hal ini dilakukan karena alasan keselamatan, dan juga bisa menjadi semacam acara sosial atau acara bersama.
Setelah perempuan menyelesaikan urusannya di toilet dan mencuci tangannya, mereka mungkin akan menghabiskan beberapa waktu untuk memeriksa dan memperbaiki letak pakaian dan penampilan mereka di cermin.
Pada beberapa acara di luar ruangan, beberapa laki-laki memilih untuk tidak menggunakan fasilitas toilet sama sekali dan lebih memilih membuang air kecil di balik pohon.
Hal ini jelas mengurangi kebutuhan bagi toilet untuk laki-laki (yang memberi keuntungan bagi perempuan yang putus asa untuk menggunakan toilet laki-laki yang tersedia, meskipun masalah kebersihan bisa menghalangi mereka).
Baca juga:
Mengapa tergores kertas rasanya sakit sekali?
Semua hal tersebut mengakibatkan lebih banyak waktu dan lebih banyak orang dalam ruang yang terbatas, sehingga membuat antrean panjang. Di Hong Kong, peraturan pembangunan yang ada saat ini secara spesifik mengharuskan tersedianya 1,6 toilet perempuan bagi setiap satu toilet laki-laki.
Langkah semacam itu baik untuk dilakukan juga oleh negara-negara lain. Perancang dan pengelola lebih baik mengalokasikan ruang dan fasilitas secara adil, dibandingkan setara, sehingga perempuan bisa menggunakan toilet sesuai yang mereka butuhkan tanpa harus menunggu lebih lama.
Lisel O'Dwyer, Adjunct Senior Lecturer, School of Social and Policy Studies, Flinders University
Sumber asli artikel ini dari The Conversation. Baca artikel sumber.
Post a Comment