Header Ads

Bias gender dalam buku sains anak-anak - kurangnya sosok perempuan sebagai ilmuwan



File 20180903 41735 1rj27xd.jpg?ixlib=rb 1.1

Astronot Sunita Williams – bukan seorang laki-laki.
NASA, CC BY-NC



Dr Susan Wilbraham, University of Cumbria dan Elizabeth Caldwell, University of Huddersfield

Tanyakan kepada anak kecil ingin menjadi apakah mereka ketika mereka sudah besar. Kemungkinannya pekerjaan ilmiah seperti astronot dan dokter akan menjadi pilihan paling teratas dalam daftar pekerjaan. Namun minta mereka menggambar seorang ilmuwan dan ada kemungkinan dua kali lebih besar mereka menggambar sosok laki-laki daripada perempuan.


Anak-anak bisa membentuk bias tersebut dari berbagai sumber. Tapi mungkin kita seharusnya tidak terlalu terkejut melihat absennya ilmuwan perempuan dalam gambar anak-anak ketika ilustrasi yang kita perlihatkan kepada mereka juga seringkali sama buruknya.


Studi kami tentang gambar dalam buku-buku sains anak-anak mengungkapkan bahwa perempuan secara signifikan kurang terwakili. Kami memeriksa foto-foto dan ilustrasi dalam buku anak-anak. Dalam dunia fisika khususnya, gambar seringkali gagal mengkomunikasikan kemampuan teknis atau pengetahuan perempuan. Gambar yang ada dalam buku tersebut memberikan impresi bahwa sains adalah subjek untuk laki-laki dan bahwa karir dalam bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM) tidak memberikan penghargaan kepada perempuan.


Teori-teori perkembangan menjelaskan bahwa anak-anak mempelajari harapan gender untuk membantu mereka merespons sesuai dengan lingkungan sosial mereka. Hal ini mempengaruhi pemahaman mereka akan siapa mereka dan mendorong mereka untuk berperilaku dengan cara yang konvensional bagi gender mereka.


Gambar-gambar laki-laki dan perempuan dalam buku sains anak berkontribusi dalam harapan tersebut dengan mengajarkan mereka ‘aturan’ mengenai pekerjaan yang cocok bagi tiap gender. Hal tersebut mendorong mereka untuk mematuhi stereotip karir gender yang berlaku.


Untuk mengatasi hal ini, tokoh panutan perempuan harus terlihat dalam buku-buku untuk membantu mengembangkan minat anak-anak perempuan dalam sains selama mereka bertambah dewasa, dan mengatasi persepsi negatif tentang ilmuwan perempuan.


Di mana perempuan dalam sains?


Penelitian kami menganalisis buku-buku sains bergambar untuk anak-anak di dua perpustakaan publik di Inggris. Pertama kami menghitung frekuensi gambar laki-laki, perempuan, anak laki-laki dan anak perempuan dalam 160 buku yang tersedia. Lalu kami melakukan analisis visual detail pada dua profesi ilmiah: astronot dan dokter. Dalam bagian dengan 26 buku ini, kami memeriksa apa yang astronot dan dokter laki-laki maupun perempuan lakukan, kenakan, dan genggam dalam gambar-gambar tersebut.


Kami menemukan bahwa, secara keseluruhan, buku-buku sains anak menampilkan laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan perempuan, menguatkan stereotip bahwa sains adalah pencarian laki-laki. Kurang terwakilinya perempuan semakin diperparah dengan bertambahnya usia target tujuan buku. Para perempuan secara umum digambarkan sebagai pasif, berstatus rendah dan tidak terlatih – atau keberadaan mereka tidak diketahui sama sekali.


Contohnya, satu buku anak-anak tentang eksplorasi luar angkasa menampilkan apa saja yang dibutuhkan dalam berjalan di luar angkasa. Dengan gambar astronot dalam baju ruang angkasa putihnya, kita diberitahu bahwa “without a spacesuit an astronaut’s blood would boil and his body would blow apart atau tanpa pakaian luar angkasa, darah astronot akan mendidih dan tubuhnya (astronot laki-laki) akan meledak”. Penggunaan kata ganti laki-laki ( his) menunjukkan bahwa orang yang ada di dalam pakaian luar angkasa tersebut adalah laki-laki.


Tidak disinggung tentang 11 perempuan berani yang telah berjalan di luar angkasa, termasuk astronot Sunita Williams yang gambarnya digunakkan dalam montase tersebut. Dengan tertutupnya muka William dengan helm dan teks yang hanya menyebutkan laki-laki, akan menjadi mudah bagi anak-anak untuk berpikir bahwa perempuan tidak berjalan di luar angkasa.





Anak perempuan dipengaruhi oleh gambaran mereka tentang ilmuwan.
Shutterstock



Dalam halaman di buku lain, kami melihat seorang astronot perempuan digambarkan sedang melayang di dalam stasiun luar angkasa dan tersenyum kepada kamera. Kualifikasi dan pengalaman yang dibutuhkan untuk astronot pada titik ini melebar. Tempat-tempat program pelatihan astronot NASA sangat kompetitif dengan ribuan lamaran setiap tahunya. Namun dalam buku tersebut, pelatihan, keahlian, dan pengetahuan perempuan tersebut tidak disinggung.


Sebagai gantinya, keterangan gambar tersebut justru berbunyi “Dalam gravitasi 0, setiap hari adalah hari tatanan rambut yang buruk.” Komentar seperti itu yang terfokus pada penampilan perempuan gagal menganggap serius kontribusi mereka. Terlebih lagi, penelitian menunjukkan bahwa penekanan penampilan pada ilmuwan panutan dapat mengurangi penilaian kemampuan diri murid perempuan atau membuat pekerjaan sains tampak tidak terjangkau bagi mereka.


Studi kami juga menunjukkan perbedaan penting antara disiplin ilmu. Dalam buku fisika, 87% gambar yang ada adalah laki-laki atau anak laki-laki, dan beberapa gambar tempat astronot perempuan digambarkan, mereka tidak pernah digambarkan sedang mengemudikan wahana, melakukan percobaan, atau berjalan di luar angkasa.


Buku tentang biologi, kebalikannya, memiliki gambaran yang seimbang antara laki-laki dan perempuan – dan dokter perempuan digambarkan melakukan aktivitas dan memiliki status yang sama dengan dokter laki-laki.


Mengapa hal ini penting


Anda mungkin berpikir bahwa citra atau gambar tidaklah penting, bahwa pesan dalam foto atau ilustrasi adalah sepele. Industri periklanan multimiliar pound sterling tidak sepakat dengan Anda. Iklan jarang menyediakan argumen yang detail tentang sebuah produk atau jasa, tapi hal ini tidak membuat pesannya menjadi kurang kuat. Sebaliknya, periklanan bergantung pada persuasi melalui penanda pinggiran seperti mencontohkan gaya hidup yang menarik dan menggunakan citra untuk menggambarkan penghargaan status atau rasa hormat.


Dengan cara sama, buku-buku anak-anak mengiklankan pilhan karir, dan gambar-gambar tersebut mengkomunikasikan apa artinya bagi perempuan dan laki-laki pada kaitannya dengan pekerjaan tersebut. Perempuan perlu hadir dalam buku-buku sains anak untuk mendemonstrasikan bahwa seluruh bidang sains juga dapat dicapai oleh perempuan.


Penelitian menunjukkan, bahkan sebelum anak-anak pergi ke sekolah, mereka telah memiliki ide bahwa laki-laki lebih baik dalam profesi yang didominasi oleh laki-laki. Mengingat fakta bahwa anak perempuan, bahkan sejak berumur delapan tahun, seringkali menolak matematika dan sains dari orang tua dan gurunya, mungkin tidak mengejutkan bahwa hanya 20% siswa dengan nilai A yang mengambil fisika adalah perempuan.


Wawancara dengan ilmuwan perempuan yang sukses menunjukkan bahwa anak perempuan mencari role model dalam sains, tapi mereka seringkali tidak bisa menemukannya.


Dengan begitu, maka penting bahwa gambar dalam buku anak-anak diberikan perhatian yang lebih besar. Editor dan ilustrator buku perlu untuk melakukan usaha signifikan untuk menggambarkan perempuan sebagai berkualitas, ahli, dan mampu secara teknis. Mereka perlu digambarkan secara aktif terlibat dalam kegiatan ilmiah dan menggunakan alat dan perlengkapan yang sesuai, bukan hanya dihadirkan sebagai asisten atau pengamat.


Perempuan juga perlu direpresentasikan dalam jumlah besar sehingga anak perempuan bisa melihat panutan mereka dalam profesi ilmiah dan melihat karir tersebut bisa bermanfaat.


Para orang tua, guru, dan pustakawan – bersama dengan penulis, ilustrator dan penerbit – perlu meninjau kembali buku-buku mereka untuk pesan-pesan bergender. Tanyakan apa yang yang diajarkan oleh gambar-gambar tersebut dan tanyakan apa aspirasi karir yang mungkin didorong atau dihancurkan oleh buku-buku tersebut.The Conversation


Dr Susan Wilbraham, Senior Lecturer in Applied Psychology, University of Cumbria dan Elizabeth Caldwell, Academic Skills Tutor, School of Art, Design and Architecture, University of Huddersfield


Sumber asli artikel ini dari The Conversation. Baca artikel sumber.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.