Hubungan Tanpa Status
"Senja yang menarik adalah ketika kamu sedang membutuhkan teman, dan temanmu tiba-tiba ada di dekatmu."
*Liliana Yudhi- www.Konde.co
Ini adalah cerita tentang Yen, sahabat saya, ketika ia sedang membutuhkan seorang teman bicara:
Hari ini Yen terlihat kesepian, ia lunglai, saya pikir dia sakit. Ternyata Yen baru saja bertengkar dengan cowok ‘pacarnya’ yang selama ini tak mau terikat dalam satu komitmen dengannya. Ini adalah kesekian kali saya lihat dia begitu. Hubungan tanpa status memang melelahkan, sejauh ini paling tidak ini jadi anggapan saya.
Cowok ini, sebut saja namanya Jo, selalu ada di dekat Yen, katanya menyayangi Yen, namun ia tak pernah mau berkomitmen menjadi satu pasangan dengan Yen. Banyak hal alasannya, salah satunya karena Jo tak pernah siap dengan komitmen. Jo selalu mengatakan bahwa baginya komitmen itu akan menyakitkan. Yang satu akan pergi dan yang satu akan ditinggalkan. Maka, lebih baik berjalan apa adanya dan tanpa komitmen. Begitulah Jo.
Yen, dengan terpaksa mengiyakan hal ini karena ia menyayangi Jo. Tak mau kehilangan Jo. Ia mau berlama-lamaan dengan Jo, hampir tiap hari bertemu namun terpaksa menyetujui keinginan Jo ketika Jo tidak mau berkomitmen dengannya.
“Yang penting aku selalu di dekat Jo dan waktu Jo hanya untuk aku,” katanya kepadaku waktu itu.
Namun perubahan itu tampak terjadi ketika Jo tiba-tiba juga sering bepergian dengan cewek lain dan Yen tidak diberikan jawaban apa-apa oleh Jo soal cewek yang sering pergi dengan Jo.
“Untuk apa kamu pengin tahu, toh, hubungan kita dari dulu memang tanpa komitmen khan? Jadi kamu tidak berhak tahu,” begitu kata Jo.
Dan hal ini sudah sering terjadi. Saya sering melihat Yen menangis ketika beberapakali Jo dekat dengan cewek lain. Yen merasa ditinggalkan, walau ia selalu menyatakan bahwa ia baik-baik saja, namun saya tahu bahwa ia merasa diremehkan perasaannya.
Perempuan mana yang bisa menerima begitu saja dengan perlakukan seperti ini Yen? Pernah satu kali saya bicara hal ini mewakili kata hati saya, kesebelan saya, kejengkelan saya. Karena menurut saya laki-laki seperti Jo adalah laki-laki yang tak serius. Namun Yen selalu mengatakan bahwa hubungan seperti ini adalah hubungan biasa yang banyak terjadi di makhluk di dunia ini. Hubungan tanpa status. Yen mengatakan bahwa banyak orang menyukai pilihan ini, seperti dirinya.
Saya sedih melihat Yen karena ia tak pernah jujur dengan perasaannya. Ia selalu menyangkal dengan perasaaannya.
Sebenarnya saya selalu menganggap sah hubungan apa saja yang mau dilakukan setiap orang, karena toh tak semua hubungan harus punya ikatan, harus punya komitmen. Dan tak semua hubungan serius harus dalam satu perkawinan. Ada banyak orang yang berelasi baik, saling menyayangi dan mereka bisa berhubungan baik sampai tua, tetap bersahabat sampai tua. Mantan pacar yang masih berhubungan baik, mantan suami istri yang tetap menjaga hubungan baik. Banyak hal.
Namun yang membuat saya cukup terganggu adalah ketika Yen selalu menangis ketika Jo jalan dengan yang lain, ketika Yen membutuhkan diperhatikan perasaannya namun justru yang terjadi tak pernah ada yang mengacuhkannya. Inilah titik persoalannya.
Saya sering melihat Yen dalam kondisi seperti ini, berangkat kuliah dengan lunglai, lalu duduk, ngopi sendiri dan tak konsentrasi di dalam kelas.
Dalam www.helpnona.com, salah satu situs perempuan muda anti kekerasan menjelaskan bahwa ternyata jenis romantic love yang kita kenal sebagai friendzone an, Hubugan Tanpa status (HTS) –an,Teman Tapi Mesra (TTM)-an kerap membuat banyak orang kebingungan menempatkan diri.
Di sisi lain , kita merasa senang karena ada yang dekat dan perhatian, tapi di sisi lain hubungan jenis ini akan mudah berakhir kapan pun. Soalnya, komitmen jelas bukan komponen penting. Belum lagi masalah lain seperti perselingkuhan.
Lalu apa yang harus dilakukan? Helpnona.com menuliskan:
Bahwa tidak ada yang salah kalau kalian merasa lebih nyaman dengan hubungan yang tak berstatus, namun pastikan kalau kalian sudah mendiskusikan pandangan masing-masing tentang hubungan ini. Tujuannya sih supaya tidak ada yang kecewa di belakang.
Bahkan meski kalian tidak berstatus, bukan berarti bisa berlaku seenaknya bukan?
Ya, berlaku tidak sopan, menggoda sesuka hati, dan tindakan tak menghargai lainnya. Kamu berhak untuk menyampaikan pendapat tanpa rasa takut. Ingat, hubungan jenis apa pun, pertemanan, HTS –an, pacaran, sampai pernikahan pun tetap membutuhkan respect, loh.
Jika tidak pacaran, mungkinkah mengalami kekerasan dalam pacaran?
Mungkin saja, Meski tidak selalu masuk dalam kekerasan relasi personal, namun bisa saja kekerasan yang kamu alami masuk pada kekerasan ranah komunitas. Soalnya, kekerasan pada dasarnya bisa terjadi di berbagai bentuk hubungan, yang punya status atau tidak, yang jangka panjang atau hanya sekelebat saja. Jika suatu hubungan membuatmu merasa tidak nyaman, takut, apalagi terancam, bukan tidak mungkin kamu mengalami hubungan yang gak sehat
Saya dekati Yen yang sedang sendirian. Saya berikan minuman hangat. Yen tersenyum, mungkin harus kita ingatkan beberapakali agar Yen mengerti bahwa ia sedang berada dalam hubungan yang tak mengenakkan dan ia berhak untuk mengakhirinya.
Yen sedang membutuhkan seorang teman untuk bicara.
(Foto/ Ilustrasi)
(Referensi: www.helpnona.com)
*Liliana Yudhi, anggota Kelompok Studi Gender salah satu universitas di Jakarta
Post a Comment