Apakah Menikah Akan Membuat Kita Bahagia?
*Arya Beks- www.Konde.co
Banyak yang beranggapan bahwa semua orang harus menikah. Ini seperti wajib hukumnya.
Jika kita tidak menikah, maka kita seperti dikejar-kejar untuk segera menggenapi syarat kita sebagai manusia: menikah.
Benarkah semua orang harus menikah?
Pertanyaan ini selalu terngiang di benak saya, karena saya banyak melihat, selama ini banyak orang yang dikerjar-kejar untuk menikah, terutama perempuan. Jika tidak menikah, maka akan ada pertanyaan yang terus-menerus ditujukan untuk perempuan.
Hal yang lain yaitu, dengan menikah, manusia seolah sudah ditentukan tujuan hidupnya, yaitu mempunyai keturunan. Jika tidak mempunyai keturunan, maka ia akan ditanya lagi secara terus-menerus. Adopsi adalah salah satu pilihan jika pasangan yang tidak menikah tidak punya anak. Begitu kira kira yang sering saya dengar.
Pernikahan juga sesuatu yang sangat sakral dalam perjalanannya, ini kata orangtua dulu. Ada banyak persyaratan yang harus kau temui. Jika kau menikah, kau harus melihat bebet, bibit, bobot (keturunan siapa, asal usul darimana, kekayaan yang di punyai dan strata-strata yang maha agung lainnya).
Jika ini tidak kau penuhi, maka kau tidak akan hidup bahagia. Lagi-lagi ini kata orangtua dulu.
Namun apakah benar bahwa ini merupakan bahagia versi kita? Ataukah ini bahagia versi orangtua kita? Sebuah tanda tanya yang maha dahsyat bukan?
Padalaha sejatinya, perkawinan adalah sebuah pilihan hidup masing-masing individu. Menikah seharusnya dilakukan karena saling mencintai dan ingin bersama-sama hidup di dunia. Inilah esensi sejati dari sebuah perkawinan menurut saya.
Menikah karena sebuah tuntutan status sosial dan society imagine?. Apakah ini juga harus kita penuhi? Tentu tidak, karena ini adalah sesuatu yang rumit, kita justru sibuk menyenangkan orang lain dan lupa bertanya: apakah kita bahagia dengan pilihan untuk menikah ini?
Beruntunglah jika kau menikah dengan orang yang kau cintai dan kau bisa bahagia bersamanya. Namun jika kau menikah hanya untuk sebuah image sosial, maka kau tidak akan pernah bahagia karena masyarakat akan menuntut lebih dan lebih, padahal kita mempunyai kapasitas sendiri.
Sebagai perempuan dewasa, saya berpendapat jika kebahagiaan individu adalah yang terpenting di atas kebahagiaan lain-lainnya. Karena yang menjalani adalah kita. Maka kita berhak dan berkewajiban membahagiakan diri kita. Itu yang harus menjadi pilihan.
Ada banyak hal yang harus diwaspadai dan dijaga, misalnya: apakah pasangan kita senang melakukan kekerasan? melakukan pelecehan? apakah ini akan membahagiakan kita? ini bagian yang harus kita lihat apakah kita akan bahagia untuk hidup bersama dengan pasangan seperti ini.
Berbahagia adalah tanggung jawab pribadi, bukan orang lain. Jadi, menikah adalah tanggungjawab kita. Pilihan kita. Bukan tanggungjawab atau pilihan orang lain.
(Foto/Ilustrasi: Pixabay)
*Arya Bekz, penulis yang banyak berpikir apa arti kebahagiaan dan sebuah pilihan
Post a Comment